SOLOPOS.COM - Pohon karet. (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Pohon karet. (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SRAGEN--Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) Sragen digelontor dana Rp650 juta pada tahun 2013. Program itu diperkirakan menjangkau 30,8 lahan kritis di sembilan desa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data yang dihimpun Solopos.com dari Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sragen, sembilan desa tersebut terdiri dari enam desa yang mengikuti program tahun lalu dan tiga desa yang akan menjalani program PLKSDA-BM tahun ini.

Enam desa adalah Desa Sambirejo, Desa Jambeyan (Kecamatan Sambirejo), Desa Karangasem (Kecamatan Tanon), Desa Sunggingan (Kecamatan Miri), Desa Ngargosari, Desa Ngargotirto (Kecamatan Sumberlawang). Sementara tiga desa yang dijadikan target pelaksanaan tahun ini yakni Desa Sigit (Kecamatan Tangen), Desa Kalikobok (Kecanatan Tanon) dan Desa Trombol (Kecamatan Mondokan).

Kepada Solopos.com, Kepala Bappeda Sragen, Simon Nugroho, akhir pekan kemarin mengatakan dana Rp650 juta digunakan untuk membiayai pemeliharaan dan pengolahan lahan kritis di sembilan desa.  Penggunaan dana antara lain untuk pengadaan bibit, pupuk, obat hama, alat pembasmi hama, alat pertanian dan sumur siraman beserta jaringan pipa.

“Program ini menyasar lahan kritis yang memiliki kecenderungan tidak produktif. Penetapan lokasi lahan berdasarkan survei kondisi geografis dan klimatologis. Tanah yang digunakan harus tanah kas desa dengan memberdayakan petani setempat,” terangnya.

Sementara menurut Kepala Bidang (Kabid) Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Sragen, Wahyudi, program PLKSDA-BM berlangsung selama 20 tahun. Selama itu, tanah kas desa tidak boleh dialihfungsikan.

“Masing-masing petani menggarap lahan seluas 2.000 meter persegi. Tanaman yang dibudidayakan berupa holtikultura atau tanaman keras, sesuai dengan permintaan masing-masing lokasi. Sebanyak 70% hasil tanam diperuntukkan bagi petani, sementara sisanya untuk pihak desa,” paparnya.

Saat ini, lanjutnya, lahan kritis di enam desa telah digunakan untuk menanam karet, jeruk, durian, kelengkeng dan tanaman sela berupa jagung dan kacang tanah. Empat tahun mendatang, berbagai tanaman tahunan itu diperkirakan sudah mulai dipanen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya