SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, WONOGIRI</strong> — Fajar Priharttanto, 34, warga Dusun Batuwarno, Desa Batuwarno, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri, mengaku resah melihat film yang terkadang tidak sesuai ekspektasinya.&nbsp;</p><p>Berawal dari keresahan itu, pria yang mengajar di SMPN 2 Paranggupito dan SMPN 1 Baturetno sebagai guru seni budaya itu mulai belajar membuat film melalui Youtube hingga <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180801/489/931403/kisah-inspiratif-pendaki-difabel-solo-ini-akan-kibarkan-merah-putih-di-puncak-elbrus" title="Pendaki Difabel Solo Kibarkan Merah Putih di Puncak Elbrus">membuahkan penghargaan</a>&nbsp;dalam Festival Film Pendek Nasional Epsilon (Engineering Physics for Enviromental Innovation) di Jogja.</p><p>Saat dijumpai <em>solopos.com</em>, Jumat (10/8/2018), di Batuwarno, Fajar yang masih mengenakan seragam berwarna coklat mengisahkan pada tahun 2011 dirinya nekat mengajak warga desanya membuat film.</p><p>Kala itu,&nbsp;lulusan FKIP Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Solo tahun 2008 itu hanya bermodalkan kamera <em>handphone.</em>&nbsp; Film yang bercerita tentang keadaan di desanya diikutkan dalam sebuah festival film pendek di Solo. Hasilnya, hanya cemoohan dan ejekan yang ia dapatkan.</p><p>Tak menyerah, Fajar kemudian menyewa sebuah kamera DSLR sebagai modal memperoleh kualitas gambar yang baik dibandingkan dengan kamera <em>handphone</em>.&nbsp;</p><p>Awalnya, Fajar mengira dalam sebuah film yang diperlukan hanya sebuah konsep yang bagus. Tapi akhirnya&nbsp;dia tersadar dalam film yang bagus memerlukan berbagai aspek detail yang berkualitas seperti seni musik, seni rupa, teater, dan sastra.</p><p>Sadar tidak memiliki bekal khusus untuk menggeluti dunia perfilman, Fajar tak henti belajar mengenai dunia film baik dalam membuat naskah, hingga proses editing. Ia selalu mencari referensi dari film-film yang pernah mendapat nomor di <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180517/495/916525/kisah-inspiratif-mantan-tki-ajari-mengaji-105-santri-di-wonogiri" title="Kisah Inspiratif Mantan TKI Ajari Mengaji 105 Santri di Wonogiri">kancah internasional</a>.&nbsp;</p><p>Film demi film ia buat tanpa membatasi genre film tertentu. Fajar menggarap film bergenre horor, komedi, action, bahkan drama anak muda. Bermodal nekat, ia mengikuti berbagai festival film pendek.</p><p>Hingga akhirnya ia berhasil mendapat nomor 21 film terbaik dalam sebuah festival film. Namun fajar mengaku lupa festival apa yang ia ikuti saat itu. Dia hanya ingat prestasi tersebut menjadi pemicunya bangkit.</p><p>&ldquo;Setelah itu, entah karena berdasar pengalaman atau suatu hal saya bisa mendapatkan juara keenam di Jogja, Juara favorit pertama di Kabupaten Wonogiri. Hingga akhirnya pada tahun 2016 saya menjadi juara kedua di Festival Film yang digelar di Jogja dengan judul film <em>Urip Iku Urup</em>,&rdquo; ujarnya.</p><p>Berbekal hadiah juara kedua Fajar membeli sebuah kamera bekas. Kemudian, kabar Festival Film Pendek di Jogja sampai hingga ke pelosok desa di Batuwarno. Ia mengajak anak-anak dan warga dusunnya untuk berpartisipasi secara sukarela, tanpa bayaran.</p><p>Film bertemakan untuk menghemat energi ia buat. Film berjudul PLES atau akronim dari Pahlawan Hewat Energi Semesta yang bercerita tentang seorang anak kecil bernama Keane Obama mengidolakan superhero Flash.</p><p>Bama, sapaan Keane Obama, tiba-tiba memperoleh kekuatan seperti Flash dan menggunakannnya untuk menolong rekannya yang di-<em>bully</em> oleh sebuah geng.</p><p>Ternyata, Bama hanya bermimpi. Tapi dia mendapatkan petuah dari orang tuanya untuk menjadi pahlawan tidak harus menjadi superhero. Bama bangkit menjadi seorang pahlawan dengan cara berkampanye untuk <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180619/495/922859/kisah-inspiratif-pemuda-wonogiri-bikin-wayang-beber-dari-daluang" title="Kisah Inspiratif Pemuda Wonogiri Bikin Wayang Beber dari Daluang">menghemat energi.</a></p><p>Namun Bama justru di-<em>bully</em> hingga tak kuat menahan air mata. Walau demikian, Bama semakin giat berkampanye hemat energi. Berbagai poster ia tempelkan di sudut desa. <em>Ending-</em>nya, Bama si PLES berhasil meluluhkan geng anak nakal untuk bersama-sama menghemat energi.</p><p>Fajar tak menyangka, film yang ia sutradarai, produseri, dan edit sendiri mendapat juara pertama. Bahkan ia mengalahkan peserta dari Fakultas Film asal Jakarta dan peserta lain dari seluruh Indonesia. Kini 18 film pendek karyanya seperti <em>Kacamata Adik, Urip Iku Urup, Tiket Suargo</em> dan lainnya dapat dilihat di channel Youtubenya di Kantata Ilmu.</p><p>Menurut Fajar, Wonogiri memiliki potensi dalam dunia perfilman. Ia mengaku berulang kali menemukan pelajar dengan kualitas fim yang sangat baik. Ia berencana untuk membuat film dokumenter yang berlatar belakang Kabupaten Wonogiri.&nbsp;</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya