SOLOPOS.COM - Terdakwa Jessica Kumala Wongso memberi keterangan dalam sidang ke-26 kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin, Rabu (28/9/2016), di PN Jakarta Pusat. (JIBI/Solopos/Antara/Rosa Panggabean)

Otto Hasibuan membacakan pledoi Jessica Wongso hari ini. Dia sempat curhat tentang sorakan terhadap dirinya yang kini jadi dukungan.

Solopos.com, JAKARTA — Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, memulai pembacaan nota pembelaan atau pledoi kliennya dengan kalimat-kalimat yang mencoba menggugah perasaan hakim. Otto menyebutkan banyak hal, mulai kondisi saat masa-masa awal penahanan Jessica hingga “curhat” soalnya banyaknya orang yang mem-bully dirinya karena membela Jessica.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Menurut Otto, dakwaan bahwa Jessica membunuh Mirna adalah tidak masuk akal dan mengada-ada. Alasannya, Jessica dan Mirna adalah sahabat semasa di Australia. Bahkan di Jakarta, mereka sempat makan bersama di Kelapa Gading bersama suami Mirna, Arief Sumarko.

“Mereka sangat akrab, tidak ada sedikitpun tanda-tanda kebencian di antara keduanya. Tapi lantas kenapa Jessica dituduh membunuh? Jaksa terkesan memaksakan karena masih banyak kemungkinan yang membunuh Mirna Salihin, seandainya dia terbukti terbunuh dengan sianida,” kata Otto di PN Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2016) siang, memulai pembacaan pledoi.

Otto mengaku risau melihat kedekatan jaksa penuntut umum (JPU) dengan ayah Mirna, Darmawan Salihin. Sedangkan, kata Otto, banyak saksi-saksi yang tidak diperiksa, seperti pemilik Olivier Cafe atau orang-orang di Starbuck Cafe yang didatangi Mirna sebelum pertemuan di Olivier. Baca juga: Tak Kalah Panjang! Pledoi Jessica Wongso Mencapai 3.000 Halaman.

“Padahal berdasarkan teori kemungkinan, mungkin almarhum minum kopi di restroran tersebut. Tidak pernah juga diselidiki penyidik, apa sebelumnya Mirna pernah menderita sakit jantung, atau minum obat diet, dan sebagainya. Harusnya, demi keadiolan, semua harus diperiksa.”

Otto mempertanyakan mengaka Jessica yang didakwa membunuh padahal tidak ada saksi mata yang melihatnya memindahkan kopi Mirna. Menurutnya, paling tidak seharusnya ada sidik jari Jessica di gelas kopi Mirna yang selama ini tidak ditemukan. “Bagaimana mungkin seseorang yang lama tinggal di Australia, bisa melalukan sesuatu di tempat yang tidak pernah dikunjunginya, di ruang publik. Apa hal ini mungkin? Hanya orang yang tak waras yang mau melakukan itu.”

Terakhir Otto curhat soal sikap masyarakat yang sempat membully dirinya dan Jessica di media sosial beberapa waktu lalu. Otto mengklaim pihaknya kini mendapatkan dukungan dari banyak pihak.

“Demi kemanusiaan, kami tetap bela kasus ini. Kami sempat di-bully di media sosial. Tapi kini, banyak pendeta, tokoh-tokoh, dari Amerika, Jeddah, Dubai, Wonogiri dan sebagainya, yang menyatakan simpati. Banyak orang menyatakan simpati dan tidak percaya Jessica membunuh Mirna,” katanya.

Bahkan kata Otto, jika dulunya pihaknya yang sering disoraki penonton sidang, justru saat ini banyak yang berbalik mendukungnya. “Ada juga mengaku dari Papua, beri cincin ke kami, ada juga yang memberi ulos, ada juga datang dari Medan, ada juga dari Bali memberikan tas, banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan semua.”

Otto mengaku mendapatkan banyak email dukungan dari berbagai pihak. “Belum kami balas, bukan tidak mau, tapi sempitnya waktu untuk menyusun pembelaan ini. Kalau dizinkan, kami akan lampirkan email itu dalam pledoi ini.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya