SOLOPOS.COM - Produk kerajinan sangkar burung dipamerkan pada acara UMKM Ekspo di GOR Diponegoro Sragen, Kamis (1/6/2023). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Desa Karangmalang, Masaran, Sragen, telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan sangkar burung. Melalui media sosial dan platform jual beli online, para perajin sangkar burung di desa ini lebih mudah menemukan pembeli.

Lahirnya julukan Karangmalang sebagai desa sentra kerajinan sangkar burung itu bermula pada era 1980-an. Pada saat itu, terdapat sejumlah warga Dukuh/Desa Karangmalang, Masaran, Sragen, yang bekerja sebagai perajin sangkar burung. Salah satu dari mereka adalah almarhum Mbah Prapto.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Bisa dibilang, Mbah Prapto adalah salah satu cikal bakal lahirnya julukan Desa Karangmalang sebagai sentra kerajinan sangkar burung. Dari Mbah Prapto, generasi di bawahnya belajar membuat sangkar burung. Salah satunya adalah Pardiyanto, 40, warga Karangmalang, RT 11/05, Masaran, Sragen.

Pardiyanto sebenarnya punya pengalaman selama belasan tahun bekerja sebagai pedagang motor bekas, tepatnya saat ia masih duduk di bangku SMA. Naluri bisnis jualan motor bekas itu ia warisi dari orang tuanya. Kebutuhan modal yang besar membuat ia memilih banting setir menjadi perajin sangkar burung sejak delapan tahun lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kalau jualan motor itu kendalanya butuh modal besar. Penghasilan besar tapi tidak rutin didapat. Kalau ini [kerajinan sangkar burung] modalnya kecil. Penghasilan dari kerajinan ini memang kecil, tapi bisa sering,” kata Pardiyanto saat ditemui Solopos.com di sela-sela Pameran UMKM di GOR Diponegoro Sragen, Kamis (1/6/2023).

Pardiyanto merupakan satu dari sejumlah pemuda desa yang bersedia melestarikan kerajinan sangkar burung di Desa Karangmalang. Bersama pemuda lainnya, Pardiyanto belajar memproduksi sendiri kerajinan sangkar burung. “Dulu kita produksi sendiri, memasarkan sendiri dengan cara cari relasi ke sana sini. Jadi, saya memulai usaha ini dari nol,” papar Pardiyanto yang menggunakan brand Sakti Sangkar ini.

Pardiyanto tidak sembarang memililih jenis bambu sebagai bahan baku utama pembuatan kerajinan sangkar burung. Ia hanya memilih jenis bambu apus atau pring apus yang punya karakter ros yang panjang. Satu batang pring apus dengan panjang sekitar 7 meter dibeli seharga Rp15.000.

Untuk membantu proses produksi, Pardiyanto mempekerjakan lima anak buah yang tak lain dari pemuda setempat. Mereka bisa bekerja dari rumah masing-masing. Pardiyanto cukup menyediakan bahan baku yang dibutuhkan mereka. “Kerajinan sangkar burung ini tidak dibuat satu-satu. Biasanya dibuat 10 sekaligus. Biasanya 10 sangkar burung itu jadi dalam dua pekan. Setelah jadi, mereka baru mengirim ke rumah,” ucapnya.

Kini, hampir 60% dari pemuda desa menggeluti usaha kerajinan sangkar burung. Dari sangkar burung, mereka bisa memiliki penghasilan sendiri. Tempat produksi mereka tidak hanya di Karangmalang, tetapi sudah menyebar ke desa-desa lainnya bahkan di luar kota. Itu sebabnya, Desa Karangmalang dikenal sebagai sentra kerajinan sangkar burung.

Satu sangkar burung dijual dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp200.000 hingga Rp700.000. Perbedaan harga itu didasarkan pada ukuran dan proses finishing. “Kami menyediakan kandang dengan cat yang dibuat dengan teknik samber lilin. Dengan teknik ini memungkinkan warna cat bisa berubah jika terkenal sinar. Misal dari warna dasar ungu, jika kena sinar lampu akan berubah warna menjadi kemerah-merahan. Itu yang membuat harganya bisa sampai Rp700.000,” jelasnya.

Kini, Pardiyanto sudah memiliki reseller yang tersebar di sejumlah kota seperti Jakarta, Lamongan. Dalam satu bulan, paling tidak ia mengirimkan masing-masing 20 sangkar burung ke Jakarta dan Lamongan. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, Pardiyanto sengaja memanfaatkan media sosial seperti Facebook, WhatsApp dan melalui platform belanja online di Shopee.

“Media sosial seperti Facebook dan WhatsApp sangat membantu pemasaran. Dari media sosial itu, saya bisa masuk ke komunitas pedagang burung dan komunitas sesama perajin sangkar burung. Dari sana, saya bisa memasok produk,” jelas Pardiyanto.

Dengan media sosial, Pardiyanto bisa berinteraksi dengan anggota komunitas. Dia juga kerap bertemu secara tatap muka dengan anggota komunitas yang tersebar di Soloraya hingga Jogja. Dari sana, ia menemukan pintu masuk untuk memasarkan sangkar burung bikinannya. Melalui platform digital, ia mudah bertemu dengan pembeli. Melalui platform digital, produk sangkar burung miliknya tak butuh waktu lama untuk dipinang pembeli.

Dilansir dari laman resmi Kemenkopukm, Pemerintah menargetkan 30 juta UMKM masuk ke platform digital hingga 2024. Menteri Koperasi UKM Teten Masduki menyebut perlu 6 juta UMKM masuk digital per tahun guna target itu terealisasi.

Teten menuturkan di Indonesia saat ini usaha yang dirintis masyarakat kebanyakan usaha mikro. Penjualan pun paling efektif melalui media sosial. Menurut Teten, perlu inovasi untuk mengembangkan UMKM dalam negeri agar bisa bersaing. Salah satunya dengan digitalisasi. Oleh karena itu, di hadapan para pelaku startup, Teten mengajak untuk membantu proses digitalisasi pelaku UMKM.

Dilansir dari laman resmi BRI, aktivitas bisnis UMKM pada Q4-2022 makin meningkat, hal ini tercermin pada Indeks Bisnis UMKM yang naik dari 103,2 (Q3-2022) menjadi 105,9 (Q4-2022).

Untuk mendukung tumbuh kembang UMKM, BRI mencatat pertumbuhan kredit di sektor UMKM yang cukup signifikan pada kuartal I 2023. Bank pelat merah itu mencatat penyaluran kredit untuk segmen UMKM mencapai Rp989,6 triliun.

Jumlah tersebut mendongkrak porsi kredit UMKM BRI yang kini mencapai 83,86%. Angka itu meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp903,3 triliun. Adapun, total kredit BRI hingga kuartal I 2023 mencapai Rp1.180,1 triliun, naik dari total portofolio kredit BRI pada kurun waktu yang sama tahun lalu sebesar Rp1.075,9 triliun.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengatakan BRI optimistis dapat mencatat kinerja lebih baik pada 2023 ini dengan kredit yang diproyeksikan akan tumbuh di level 10%-12%. Pertumbuhan itu terutama didorong oleh segmen UMKM. Oleh sebab itu, BRI bakal terus memacu porsi kredit UMKM dari sebelumnya mencapai 83,86% dari total kredit BRI atau setara dengan Rp989,64 triliun. “Targetnya mencapai 85% pada 2024,” kata dia dalam rilis yang diterima Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya