SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

SLEMAN—Rumah Sakit Umum (RSU) PKU Muhammadiyah di Cangkringan tidak memiliki dokter praktik sejak erupsi Merapi 2010 lalu. Banyak dokter menolak ditempatkan di RS yang berada di Dusun Jetis, Argomulyo, Cangkringan itu.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pengurus PP Muhammadiyah, Ahmad Faisol mengatakan, sebelum erupsi ada lima dokter. “Sekarang PKU Cangkringan belum ada tenaga dokter definitif karena sulit ditempatkan di sana,” katanya usai beraudiensi dengan Bupati Sleman, Selasa (3/2).

Alasan mereka tidak mau ditempatkan di lereng Merapi, kata Ahmad, karena lokasinya sangat jauh dan sepi. Pihak PKU Jogja untuk sementara melakukan terobosan dengan menawarkan dokter lulusan dari FK UMY antar jemput setiap hari. Setiap hari satu dokter umum bertugas mulai pukul 08.00 WIB – 14.00 WIB.

PKU juga mencoba memberikan beasiswa untuk lulusan FK UMY ini, meski kebanyakan mereka hanya bertahan 1-2 bulan saja. Yang membuat pusing lagi, kata Ahmad, ketika akan direkrut, banyak dari mereka enggan jika diminta untuk praktik menetap di Cangkringan.

Faisol mengatakan, pihaknya akan menggunakan jejaring agar pasien tetap terlayani. Hanya saja rencana tersebut terkendala surat izin praktik (SIP) hanya memperbolehkan dokter melakukan praktik maksimal di tiga tempat.

Menanggapi hal tersebut, Kasi Regulasi Registrasi dan Akreditasi Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Sleman, Supiyati menjelaskan, dokter yang memiliki SIP bisa praktik dilebih dari tiga tempat asal memiliki jadwal pelayanan yang tetap. Dalam SIP tersebut juga harus dilampirkan surat keputusan dari pihak rumah sakit.(Harian Jogja/Akhirul Anwar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya