SOLOPOS.COM - Sejumlah lapak PKL berdiri di kawasan objek wisata WGM Wonogiri. Pemkab Wonogiri berencana menata PKL di lokasi tersebut. Foto diambil Rabu (5/10/2016). (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)

Penataan PKL Wonogiri, sekitar 150 pedagang terancam tak bisa berjualan di objek wisata WGM.

Solopos.com, WONOGIRI — Sekitar 150 pedagang kaki lima (PKL) di Objek Wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri terancam dicoret dari daftar pedagang tetap tahun ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penyebabnya, mereka tidak aktif berdagang. Akibatnya ratusan lapak tak terpakai dan hanya membuat kawasan wisata itu kumuh.

Kepala UPT Objek Wisata WGM, Pardiyanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (9/1/2017), menyampaikan pencoretan pedagang yang tak aktif merupakan bagian dari penataan PKL. Pedagang akan ditata sedemikian rupa agar Objek Wisata WGM lebih sedap dipandang, indah, dan rapi.

Upaya itu direalisasikan dengan membangun kawasan PKL di sisi barat di lahan seluas 2.000 meter persegi hingga 3.000 meter persegi. Pembangunan kawasan PKL itu didanai APBD 2017 senilai Rp3 miliar. Proyek akan dilelang Februari.

Jika semua lancar, kawasan PKL sudah bisa beroperasi pada Lebaran, Juni mendatang. Lokasi itu dapat menampung kurang lebih 120 pedagang.

“Hanya pedagang aktif yang akan diutamakan ditempatkan di kawasan PKL nanti. Yang tidak aktif akan dicoret. Sebelum penempatan kami akan menyosialisasikan dulu siapa saja pedagang yang akan direlokasi,” kata Pardiyanto.

Dia mencatat PKL dan penyewa warung yang terdata ada 403 orang. Namun, lebih dari separuhnya hanya berdagang saat ramai pengunjung, seperti saat Lebaran atau Tahun Baru. Mereka yang tidak aktif membiarkan lapak berdiri di lokasi berdagang sehingga terkesan mangkrak.

Lapak-lapak mangkrak itu membuat kawasan wisata kumuh sehingga mengganggu pemandangan. Kondisi itu terjadi di hampir semua bagian, seperti sekitar lapangan utama, sisi barat, dan sisi timur.

“Pedagang yang aktif hampir setiap hari berjualan. Ada juga yang hanya berjualan setiap akhir pekan. Itu masih mending. Jumlah yang aktif dan yang berdagang tiap akhir pekan 120-an pedagang. Yang lain ada yang kadang berdagang dan kadang tidak. Selebihnya, 150-an pedagang hanya berdagang saat Lebaran dan Tahun Baru. Yang tidak aktif ini lah yang akan dicoret,” imbuh dia.

Pencoretan akan dilaksanakan sesuai prosedur. Mereka akan diperingatkan terlebih dahulu agar aktif berjualan. Jika tak mengindahkan peringatan, pengelola akan mencoret nama pedagang dan tidak memperbolehkan mereka berdagang lagi.

Pardiyanto tidak tahu pasti alasan mereka tidak aktif berdagang.  Menurut dia, seharusnya pedagang menggunakan fasilitas yang disediakan. Pengelola sudah memberi berbagai kemudahan, seperti memberi lapak sehingga pedagang tinggal membayar sewa lahan seluas 2 meter x 3 meter senilai Rp20.000/tahun.

Sedangkan warung berukuran 20 meter persegi hanya disewakan seharga Rp1 juta/tahun dan naik 10 persen tiap tahun. Pedagang berbagai makanan olahan ikan di kawasan Objek Wisata WGM, Yuli, mendukung sentralisasi PKL.

Menurut warga Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, itu jika PKL ditata kawasan wisata akan lebih rapi dan indah. Pengunjung bisa nyaman saat berwisata. Dia juga sangat setuju pedagang yang ditempatkan di kawasan PKL hanya yang aktif. Menurut dia, tidak adil jika pedagang yang tidak aktif mendapat tempat baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya