SOLOPOS.COM - Pedagang kaki lima (PKL) mendorong gerobak saat mengikuti kirab Boyongan PKL Citywalk di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Jumat (1/4/2016). Kirab boyongan tersebut diikuti 54 PKL yang direlokasi dari citywalk, Jl. Slamet Riyadi ke kawasan sisi selatan dan timur Stadion Sriwedari. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

PKL Solo, pedagang gerobak kuning mengancam kembali berjualan di city walk.

Solopos.com, SOLO–Pedagang kaki lima (PKL) Gerobak Kuning yang direlokasi di sebelah selatan Stadion Sriwedari menagih janji pembangunan selter kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Pedagang mengancam kembali berjualan di city walk Jl. Slamet Riyadi apabila pemerintah mengabaikan nasib mereka.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pantauan Solopos.com di sebelah selatan Stadion Sriwedari, Selasa (28/6/2016), jumlah pedagang yang bertahan di tempat penataan baru semenjak 1 April lalu itu kini tinggal satu pedagang. Sebagian besar pedagang saat ini tidak berjualan. Sementara sebagian kecil lainnya, berjualan di jalur lambat Jl. Slamet Riyadi saat sahur, berjualan di Jl. dr. Wahidin, dan lokasi lain di seputar Purwosari.

Ekspedisi Mudik 2024

Salah satu PKL Gerobak Kuning, Guyeng Hartawan, mengaku makin cemas setelah mendengar tahun ini pembangunan gedung parkir Sriwedari yang rencananya terintegrasi dengan selter pedagang dibatalkan. “Lantas nasib kami bagaimana? Dulu saat relokasi, Pak Wali Kota menjanjikan September kami pindah ke selter. Tapi mana buktinya?” terangnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa siang.

Wawan, sapaan akrabnya, juga menyesalkan ketidakjelasan penyediaan gerobak baru bagi pedagang yang dijanjikan Juni. “Kami catat semua janji-janji pemerintah. Katanya ada selter. Juni juga kami diberi gerobak. Tapi setelah relokasi, seolah tidak ada perhatian lagi,” keluhnya.

Sementara itu, Ketua Paguyuban PKL Gerobak Kuning, Sukirno, mengatakan jumlah PKL yang bertahan setelah relokasi terus merosot. “Kalau bertahan satu atau dua hari masih mungkin. Ini dalam hitungan bulan. Sebagian besar pedagang modalnya sudah habis untuk bertahan. Apalagi saat ini puasa. Kondisinya makin sepi. Kasihan sekali yang modalnya sedikit,” jelasnya.

Sukirno mengatakan beberapa PKL yang kini bertahan dan tetap berjualan kondisinya masih limbung dan belum stabil seperti saat berjualan di city walk Jl. Slamet Riyadi.

“Yang pada jualan sahur atau jualan dekat Museum Radya Pustaka itu ya laku. Tapi tetap tidak seperti saat berjualan di city walk. Lain sekali kondisinya. Tetap enggak nutup [kebutuhan] juga,” bebernya.

Dikatakan Sukirno, PKL Gerobak Kuning sudah berupaya menempuh jalur negosiasi resmi dengan mengirimkan surat kepada Pemkot Solo untuk meminta kejelasan nasib mereka. Namun hingga saat ini surat resmi pedagang belum direspons.

“Tanggal 1 Juni lalu kami kirimkan surat ke Pak Wali. Tapi sampai sekarang enggak ada jawaban. Kami akan ke Balai Kota untuk meminta kejelasan. Kalau sampai tanggal 1 Juli belum ada kejelasan, pedagang sepakat untuk kembali berjualan di city walk Jl. Slamet Riyadi nanti 11 Juli,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala UPTD Perparkiran Kota Solo, M. Usman, mengatakan Pemkot terpaksa menunda pembangunan gedung parkir hingga tahun depan.  Keterbatasan anggaran dalam APBD Perubahan menjadi penyebab kegagalan pembangunan gedung parkir.

Pembangunan gedung parkir Sriwedari bakal terintegrasi dengan selter pedagang kaki lima (PKL) city walk yang direlokasi di sisi selatan Stadion Sriwedari. Pembangunan gedung parkir sebagai tindak lanjut penataan kawasan Sriwedari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya