SOLOPOS.COM - PKL kuliner di ajang car free day (CFD) di Jjl Slamet Riyadi, Solo menempati city walk, Minggu (4/11/2012). Para PKL kuliner sebelum ditertibkan menempati badan jalan dan trotoar sehingga menganggu warga yang melakukan aktifitas. (Sunaryo Haryo/JIBI/SOLOPOS)


PKL kuliner di ajang car free day (CFD) di Jl Slamet Riyadi, Solo menempati city walk, Minggu (4/11/2012). Para PKL kuliner sebelum ditertibkan, menempati badan jalan dan trotoar sehingga menganggu warga yang melakukan aktifitas. (Sunaryo Haryo/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Meski sudah diwanti-wanti agar tak lagi menggelar dagangannya di area car free day (CFD), sejumlah pedagang kaki lima (PKL) non-kuliner masih ngotot berjualan.  Alasannya pun beragam. Mulai mengaku tidak tahu adanya sosialisasi hingga alasan ketidakadilan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seorang sales produk kecantikan, Dian Savitri, mengaku belum pernah diberi tahu langsung ihwal larangan PKL non-kuliner di CFD. Dia baru mendengar aturan tersebut dari obrolan para pedagang.

“Belum tahu. Makanya masih di sini,” ujarnya saat ditemui wartawan, Minggu (4/11/2012) pagi.

Perempuan yang akrab disapa Vivi ini menilai aturan baru yang diterbitkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo diskriminatif. Vivi berpendapat pengunjung CFD tak hanya butuh makanan. Dirinya berharap semua jenis usaha diberi porsi yang sama di CFD.  “Lagi pula kami di sini tak jualan, hanya promosi peluang usaha. Menawarkan bisnis kepada masyarakat apa salahnya?,” ucap perempuan berjilbab itu.

Peringatan

Hal sedikit berbeda dikatakan pedagang buku, Sigit. Meski mengaku belum pernah mendengar info penertiban, Sigit mengaku siap mencari tempat lain jika diminta. “Saya baru sekali berjualan di sini. Kalau dilarang ya mau bagaimana lagi.”

Berdasarkan pantauan Solopos.com, masih banyak pedagang non-kuliner yang menjajakan dagangannya di CFD. Pedagang tersebut rata-rata menjual pakaian dan aksesoris.

Di sisi lain, penataan PKL kuliner terkait zonasi jualan berjalan cukup lancar. Pedagang yang biasa berjualan di jalur lambat, trotoar maupun taman telah berpindah di city walk. Hanya, sistem zonasi sedikit terhambat dengan PKL yang setiap hari berjualan di kawasan itu.  “Ada atau tidak ada CFD kami memang berjualan di sini. Belum pindah ke sana [city walk] karena baru tadi pagi sosialisasinya,” ujar pedagang mie ayam di depan BRI Jl Slamet Riyadi, Icuk Gianto.

Koordinator penertiban dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, M Usman, masih memberi kelonggaran kepada PKL yang melakukan pelanggaran. Pihaknya mengimbau seluruh PKL di CFD segera menyesuaikan diri dengan aturan baru.

“Kalau masih nekat, kami akan beri surat peringatan hingga dua kali. Jika masih tak digubris, kami terpaksa memindahkannya.”

Lebih lanjut, penerapan lima kawasan steril PKL seperti depan Loji Gandrung, Plaza Sriwedari, Wuryoningratan, Solo Grand Mal (SGM) dan Riyadi Hotel juga cukup berhasil. Catatan hanya ada di SGM di mana masih ada beberapa PKL yang menjajakan dagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya