SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 15 personel dari Bidang Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo mendata PKL di sisi utara Jl. Transito, Pajang, Rabu (6/3/2019).

Pendataan tersebut meliputi luas wilayah, kegunaan dan fungsi bangunan, jenis penjualan, dan lain sebagainya. Kabid PKL Disdag Solo, Didik Anggono, mengaku pendataan itu sebatas meliputi jumlah bangunan, domisili penghuni bangunan tersebut, jenis dari penjualan, fungsi bangunan, dan lain sebagainya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Setelah pendataan selesai hasil pendataan akan diserahkan ke pimpinan. Didik belum mau berspekulasi data tersebut untuk mempermudah proses penggusuran lahan untuk membangun underpass Jl. Transito atau keperluan lainnya.

“Kami pernah mendata di daerah sini. Hari ini [Rabu] kami hanya tinggal kroscek data tahun lalu, yang pasti kami data dulu, petunjuk pimpinan seperti apa sampai saat ini belum ada perintah untuk penertiban. Kalaupun nanti untuk ditertibkan kami akan ikut saja perintahnya seperti apa. Yang pasti manakala kami diminta untuk menata dengan konsep apa pun, kami akan sesuaikan dengan data yang sudah kami punya,” jelas Didik saat ditemui Solopos.com di sela-sela pendataan, Rabu.

Petugas mendata rumah-rumah maupun bangunan-bangunan di sisi utara. Bangunan-bangunan tersebut berada dekat rel kereta api.

“Kami perlu mengetahui jumlahnya dan fungsinya lebih awal untuk bisa merencanakan solusi seperti apa dengan PKL di daerah sini. PKL di daerah sini tidak mungkin hanya warga Solo, warga lainnya juga pasti ada,” kata Didik.

Penjual mie ayam keliling asal Matesih, Karanganyar, Sumardi, mengaku didatangi petugas Disdag yang menanyai mengenai alamat rumah, ukuran rumah, berjualan apa, rumah sendiri atau rumah kontrakan. Sumardi menjelaskan baru setahun berjualan di daerah tersebut dan belum pernah didata.

“Kalau soal digusur mau atau enggak saya manut teman lainnya. Kalau pindah ya saya akan pindah kalau nanti disuruh pindah dan teman-teman setuju, gampang itu,” jelas Sumardi.

Sementara itu, Tukiyem, mengaku tidak akan pindah dari tempat berjualan apabila ada penggusuran dan tidak ada uang ganti rugi. Tempat tersebut merupakan satu-satunya tempat mencari nafkah bagi keluarganya sejak 1990.

“Kalau mau digusur saya minta ganti tempat. Kami juga belum ada persiapan apabila akan digusur,” kata Tukiyem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya