SOLOPOS.COM - Ilustrasi penertiban PKL Alkid oleh Satpol PP. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Ilustrasi penertiban PKL Alkid oleh Satpol PP. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

SOLO — Keraton Solo meminta pedagang kaki lima (PKL) angkat kaki dari Alun-alun Kidul (Alkid). Permintaan Keraton lantaran kawasan Alkid sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kalau berbicara Alkid, kita kembali ke khittahnya. Artinya kawasan Alkid bukan tempat berjualan. Itu ruang publik yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas, terutama untuk olahraga,” jelas Wakil Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Solo, KRMH Satryo Hadinagoro, saat ditemui di kawasan Keraton Solo, Kamis (25/4/2013).

Jika melihat kesemrawutan Alkid saat ini yang dipenuhi oleh ratusan PKL, Satryo justru menghendaki kawasan Alkid bebas dari PKL. Selain itu, PKL yang berjualan susah diatur. Mereka kerap melanggar jam operasional dan bentuk barang dagangan.

“Dari dulu, namanya PKL kalau ada aturan yang ketat dari Keraton, mereka terus menghendaki ingin dikelola oleh Pemkot. Mungkin kelak jika aturan dari Pemkot sangat ketat, PKL pasti akan mengadu pada Keraton. Ya, memang itulah karakter PKL. Minta perlindungan sesuai kepentingannya sendiri,” terang Satryo.

Satryo menceritakan kawasan Alkid dulu merupakan kawasan prostitusi berkedok warung kaki lima. Pria hidung belang dan perempuan penjaja seks bebas melampiaskan nafsunya di kawasan tesebut. Namun dalam perkembangannya, Pemkot Solo melakukan revitalisasi kawasan Alkid.
“Setelah itu, kawasan Alkid dimanfaatkan untuk parkir bus pariwisata. Namun itu hanya berjalan sebentar. Sampai sekarang tidak dipakai lagi,” jelasnya.

Dikatakan Satryo, keramaian PKL di kawasan Alkid terjadi dalam dua tahun terakhir. Bahkan, lokasi di tengah Alkid justru disalahgunakan untuk berjualan.

“Kalau melihat Alkid di Jogja, tidak ada pedagang yang berjualan di tengah Alun-alun. Di sana (Jogja), semua berjalan tertib. Kalau di sini sudah semrawut,” papar dia.

Menurut Satryo, pihak Keraton dan Pemkot pernah memberikan kompensasi kepada PKL untuk hengkang dari Alkid. Namun tidak lama kemudian, PKL datang lagi dan jumlahnya semakin banyak.

“Mestinya pedagang di sana itu bersyukur dan berterimakasih kepada Keraton. Ya karena selama ini masih diberikan tempat jualan. Kalau sesuai aturan, jam operasional berdagang mulai pukul 15.00 WIB-21.00 WIB. Dan paginya bisa dimanfaatkan untuk olahraga,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya