SOLOPOS.COM - MASAK—Para koki dari AMPTA Yogyakarta mendemostrasikan masak kreasi menu ikan kepada ibu-ibu PKK se-Gunungkidul di pendopo Sewokoprojo, Wonosari, Senin, (18/6). (JIBI/Harian Jogja/Aprilia Susanti)

MASAK—Para koki dari AMPTA Yogyakarta mendemostrasikan masak kreasi menu ikan kepada ibu-ibu PKK se-Gunungkidul di pendopo Sewokoprojo, Wonosari, Senin, (18/6). (JIBI/Harian Jogja/Aprilia Susanti)

GUNUNGKIDUL—Memiliki banyak pantai ternyata tidak menjamin Gunungkidul dan DIY memiliki kebiasaan mengonsumsi ikan. Bahkan, konsumsi ikan masyarakat DIY masih jauh dari standar nasional yakni sebanyak 40 hingga 50 kg/tahun setiap orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Konsumsi ikan di DIY masih sangat kurang daripada daerah-daerah lain di Indonesia, peringkatnya hampir paling rendah nasional,” jelas Heru Sudjada, Ketua Pokja 3 PKK Provinsi DIY dalam sosialisasi Gemar Makan Ikan (Gemarikan) di Pendopo Sewokoprojo, Wonosari, Senin, (18/6).

Ia menambahkan, faktor yang memengaruhi rendahnya konsumsi ikan di DIY adalah berkembangnya mitos di masyarakat jika banyak makan ikan dapat menimbulkan gatal-gatal dan kolesterol. Padahal menurut dia, hal tersebut tidak benar.

Ketua PKK Gunungkidul, Zultiyanti Immawan Wahyudi menambahkan, kurangnya kesadaran nelayan untuk mengonsumsi ikan hasil tangkapannya juga turut menjadi faktor rendahnya konsumsi ikan.

“Kita ini kan sebenarnya penghasil ikan, tapi yang selama ini terjadi adalah nelayan menjual semua ikan tangkapannya dan tidak menyisakan untuk keluarganya setidaknya dua hari sekali,” ujar Zultiyanti.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya