Ketika awal masuk kuliah, seperti yang biasa dialami mahasiswa baru, Cempluk mendapat gojlokan dari mahasiswa seniornya. Saat itu Tom Gembus, sang senior, memerintahkan untuk membawa pisang satu sisir warna biru. Berhubung cah kurang gaul, Cempluk tidak tanya-tanya ke teman-temannya dulu soal tugas itu. Ia langsung pulang ke rumah.
Sampai rumah, Cempluk pun langsung merajuk ke bapaknya, Jon Koplo, minta dibelikan gedhang sak lirang sing wernane biru. Jon koplo pun langsung pergi ke pasar dan bertanya ke bakul pisang.
“Nggih mboten enten Pak, mosok pisang wernine biru. Entene pisang kuning dicet biru, Pak,” jawab Gendhuk Nicole, sang bakul sajak ngece. Jon Koplo pun akhirnya memutuskan untuk membeli satu sisir sembarang pisang, lalu mengecatnya dengan warna biru.
Esok paginya, Cempluk berangkat ke kampus dengan membawa pisang biru made in bapaknya dengan tanpa berpikir apa-apa.
Sesampai di kampus, Cempluk langsung berkumpul dengan teman-temannya di aula. Tak lama kemudian, kakak-kakak seniornya memulai acara dengan menyuruh mengumpulkan tugas kemarin. Cempluk pun langsung membuka tasnya dan membawa pisang birunya ke depan untuk dikumpulkan.
Tapi hla dalah…! Ternyata yang dibawanya sangat berbeda dengan yang dibawa teman-temannya. Semua temannya membawa satu buah pisang dan satu buah sisir warna biru! Keruan saja ia jadi bahan tertawaan teman-teman dan para seniornya.
Siti Lufiyati, Tawang RT 001/RW 002, Tawang, Weru, Sukoharjo