SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Mas, orang pintar tapi sakit-sakitan tidak berguna bagi sesama. Orang pintar tapi badannya tidak sehat hanya menjadi beban bagi orang lain!”. Kalimat lugas tersebut saya sampaikan kepada seorang siswa yang tergolong cerdas, tetapi sering menghadap bagian disiplin sekolah untuk menyerahkan surat izin atau surat dokter yang menerangkan dirinya sakit. Bisa jadi sakitnya tergolong biasa, tetapi frekuensinya tinggi, seperti pusing, panas, sakit perut, atau sekadar diare.

Rupanya kalimat lugas yang saya sampaikan dengan penuh keyakinan itu bisa menghentikan situasi sakit-sakitan. Mendorongnya untuk rajin olah raga atau sekadar sepakbola di lapangan sekolah, demi membuang keringat telah menjadi obat mujarab pengusir sakit atau keinginan untuk sakit. Cara berpikir anak-anak kita bahwa ‘yang penting pintar’ atau ‘pokoknya pintar’ tidak lagi mendapatkan tempat sejauh tak bisa memberikan sumbangan apapun kepada orang lain, hanya karena raganya sakit-sakitan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bugar dan magis Mereka yang mempunyai tubuh paling bugar adalah juga yang mempunyai otak paling bugar, demikian hasil Penelitian Charles Hillman, ahli di Laboratorium Ilmu Saraf dan Kinesiologi, Universitas Illinois, AS. Penelitian terhadap 259 siswa ternyata membuktikan bahwa ada kaitan antara aktivitas fi sik dan otak. Temuan itu mengingatkan tradisi Yunani kuno yang menegaskan bahwa kebugaran hampir sama penting dengan belajar.

Simpulan umum tersebut tidak bisa begitu saja dibatalkan sekadar menunjukkan kasus-kasus adanya anak-anak yang pintar tetapi enggan berolah raga atau sebaliknya anak-anak yang tertinggal dalam pelajaran biasanya lebih suka berolah raga, lantas menuduhnya sebagai pelarian. Untuk itu, konsep tentang ‘pintar’ mestinya dijernihkan. Pintar biasanya ditempatkan dalam konteks pelajaran di sekolah. Lebih sempit lagi, pintar sekadar perolehan nilai-nilai pelajaran tinggi.

Sebagai guru, saya menempatkan hal penting yakni penghargaan kepada siswa sebagai pribadi yang khas. Sedapat mungkin menghindari ucapan atau praktik yang membanding-bandingkan antarsiswa pandai-kurang pandai. Setiap siswa datang dengan kemampuan dan kapasitas belajar yang berbedabeda. Nilai 70 yang diperoleh siswa dengan perjuangan belajar mati-matian akan lebih berharga daripada nilai 80 yang diperoleh siswa, yang kalau belajar serius mestinya memperoleh nilai 90.

Inilah memaknai ‘pintar’ sebagai optimal memanfaatkan potensi diri. Tidak jarang, di kemudian hari ketika seseorang tergolong sukses dalam pekerjaan, para teman sekelas dulu mengingatnya sebagai biasa-biasa saja dalam hal nilai pelajaran di kelas. Padahal, angka-angka biasa itu diperolehnya dengan penuh perjuangan. Kebiasaan bekerja keras dan optimal inilah yang membuat otaknya bugar dan itu menjadi modal besar untuk pekerjaannya di kemudian hari.

Sementara itu, yang menganggap diri lebih pandai, tidak membiasakan diri bekerja keras. Dalam konteks pendidikan ada kata ‘magis’ untuk menyebut cara bersikap dan berpikir lebih unggul. Setiap siswa mesti berlomba-lomba mengungguli dirinya sendiri. Ada perbandingan yang bagus untuk menjelaskan kepada siswa mengenai semangat magis, yakni perlombaan lari dan pertandingan tinju.

Dalam perlombaan lari kemenangan diraih hanya dengan berlari sekencangkencangnya, sementara dalam tinju kemenangan mesti diraih dengan merobohkan lawannya. Dalam lomba lari, antarpelari bisa menjadi pemacu dan pemancing untuk lari sekencang-kencangnya, sedangkan dalam tinju yang dominan adalah semangat untuk menjatuhkan lawan secepat mungkin. Betapa menjadikan kelas sebagai ‘lintasan lari’ dan bukan ‘ring tinju’, adalah upaya memotivasi siswa untuk belajar seoptimal mungkin.

Jika dikaitkan dengan kebugaran dan kesehatan, siswa akan belajar seimbang dan optimal jika dibarengi oleh aktivitas olah raga yang cukup. Kiranya penting untuk mempertahankan fasilitas utama dalam pendidikan yakni kelas, perpustakaan, dan lapangan olah raga. Banyak sekolah abai menyelenggarakan tiga fasilitas utama. Padahal, ketiganya kunci untuk menjadikan anak-anak kita pintar sekaligus sehat!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya