SOLOPOS.COM - Park Geun-hye (kiri), Capres dari partai berkuasa Korsel, Saenuri, dan Moon Jae-in (kanan), mantan pengacara HAM, Capres partai oposisi Democratic United Party. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Park Geun-hye (kiri), Capres dari partai berkuasa Korsel, Saenuri, dan Moon Jae-in (kanan), mantan pengacara HAM, Capres partai oposisi Democratic United Party. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

SEOUL – Park Geun-hye, putri mantan presiden yang juga dikenal sebagai diktator Korea Selatan, Park Chung-hee, sementara ini unggul tipis dalam perolehan suara pemilihan presiden (Pilpres) Korea Selatan, Rabu (19/12/2012). Meski dia sudah hampir dipastikan bakal menjadi perempuan pertama yang menjabat presiden di Korsel, namun ketatnya perolehan suara dipastikan membuat Pilpres kali ini sangat panas.

Promosi BRI Imbau Masyarakat Tidak Mudah Terpancing Isu Uang Hilang di Medsos

Jajak pendapat langsung pascapemungutan suara atau exit polls yang dirilis tiga stasiun TV terkemuka menunjukkan Park, 60, unggul dengan perolehan 50,1 persen. Rival terkuatnya, Capres berhaluan kiri yang juga aktivis HAM, Moon Jae-in, meraih 48,9 persen. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya dihitung sebanyak 75,5 persen, agak kurang dari jumlah minimal 77 persen yang dikampanyekan rival Park, yang bertujuan meraup suara dari para pemilih usia muda.

Jika menang, Park akan mulai menjabat pada Februari mendatang dan akan langsung menghadapi tantangan dari Korea Utara yang kini terus melakukan provokasi. Dia juga harus menangani kondisi perekonomian yang kini mengalami penurunan pertumbuhan sekitar 2 persen dari rata-rata 5,5 persen selama 50 tahun terakhir. Park tidak menikah dan tak memiliki anak, dan menyatakan bahwa hidupnya dibaktikan sepenuhnya untuk negeri.

Selama ini rakyat Korsel cenderung terbagi dua dalam menyikapi riwayat sang ayah, Park Chung-hee, yang memerintah selama 18 tahun dan berhasil mengubah Korsel dari negeri yang terseok-seok akibat Perang Korea tahun 1950-1953 menjadi negara industri yang mampu mengejar Jepang. Bagi mereka yang berhaluan konservatif, Park Chung-hee adalah pahlawan besar dan terpilihnya sang putri sebagai presiden bakal memelihara kejayaan Korsel. Sebaliknya, para aktivis HAM menuding Park Chung-hee sebagai diktator yang membungkam semua suara yang menentangnya dengan berbagai cara.

“Saya percaya dia. Dia akan menyelamatkan negeri ini,” ujar Park Hye-sook, 67, yang memilih di tempat pemungutan suara di sebuah kawasan elite Ibukota Seoul. “Ayahnya … menyelamatkan negeri ini,” imbuh ibu rumah tangga dan juga nenek ini.

Bagi generasi yang lebih muda, perhatian utama pada Pemilu ini lebih terfokus pada perekonomian dan penciptaan pekerjaan yang berupah lebih baik. Korsel belakangan mengalami ketimpangan pendapatan yang makin menajam. Cho Hae-ran, 41, yang bekerja di sebuah perusahaan dagang, yakin rival Park, Moon akan menaikkan upah pekerja jika menang. “Dengan standar upah per jam sekarang, kita tak bisa lagi membeli burger McDonald. Buat saya yang sudah menikah namun tak punya anak, hidup sudah susah, dan lebih susah lagi buat mereka yang punya anak,” ujarnya.

Meski sudah aktif sebagai anggota parlemen selama 15 tahun dari partai berkuasa Saenuri, sikap dan kebijakan perekonomian Park selama ini dipandang masih kurang jelas. Dia suka menjadikan mantan PM Inggris Margaret Thatcher yang dikenal sebagai pembela ekonomi pasar yang kuat sebagai teladannya. Namun dia juga sering menunjukkan kesukaannya pada Kanselir Jerman, Angela Merkel yang berhaluan konservatif dan saat ini menjadi pemimpin terkuat Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya