SOLOPOS.COM - Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (tengah) bersama cagub Jateng Sudirman Said (kanan) dan Ketua DPW PKB Jateng Yusuf Chudlori (kiri) saat Konsolidasi PKB Jateng di Kota Salatiga, Minggu (4/3/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Aloysius Jarot Nugroho)

Cak Imin mengaku masih optimistis akan digandeng Jokowi di Pilpres 2019 meskipun elektabilitasnya masih kalah dibandingkan calon lain.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar meyakini Joko Widodo (Jokowi) akan menggandeng sosok calon wakil presiden dari kelompok Islam. Menurutnya, hal itu penting guna mendongkrak elektabilitas Jokowi dalam kontestasi Pemilihan Umum Presiden 2019.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau nekat wakil bukan dari gerakan Islam, misalnya dari ekonomi murni, itu artinya hanya mengandalkan elektabilitas Pak Jokowi. Menurut saya ini rawan,” katanya di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Menurut Muhaimin, suara umat Islam tidak dapat diabaikan mengingat gairah keislaman di Indonesia tengah meletup-letup. Secara politik, hal itu ditandai dengan munculnya Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 atau 212.

Secara sosial, kata dia, gairah keislaman ditunjukkan dengan meningkatnya praktik-praktik keagamaan seperti pemakaian jilbab, membludaknya jemaah umrah, hingga masifnya pendirian tempat ibadah di ruang-ruang publik.

Guna mengakomodasi tren tersebut, Muhaimin menilai representasi umat Islam harus memiliki tempat dalam Pilpres 2019. Saat ini, imbuh dia, Nahdlatul Ulama dan PKB merupakan elemen umat Islam terkuat masing-masing di bidang organisasi massa dan partai politik.

Muhaimin atau Cak Imim beruntung memiliki latar belakang NU dan PKB sehingga dapat menjadi magnet meraup suara umat Islam. “Saya ini belum lahir saja sudah NU. Suara PKB itu 11 juta,” kata alumnus Universitas Gadjah Mada ini.

Meski demikian, Muhaimin mengakui kompetitornya sesama tokoh Islam juga terus bermunculan. Mereka antara lain Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy, Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi.

Namun, Muhaimin percaya bahwa dirinya memiliki modal sosial dan politik paling kuat dibandingkan dengan nama-nama tersebut. Apalagi, dia merasa rekam jejaknya sebagai bekas menteri, wakil ketua DPR, dan bos parpol lebih membantu mendongkrak elektabilitas Jokowi. “Kalau Pak Jokowi tak ajak saya bisa gawat. Kalau tak gandeng saya pasti menyesal,” katanya sambil tertawa.

Sayangnya, hasil survei menunjukkan bahwa Muhaimin bukan tokoh Islam paling populer, setidaknya sebagai capres. Jajak pendapat Media Survei Nasional (Median) dari 1-9 Februari 2018 menunjukkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta memiliki elektabilitas tertinggi sebesar 1,5%.

Urutan berikutnya adalah politisi PKS Fahri Hamzah 0,9%, Gubernur NTB Zainul Majdi 0,8%, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan 0,6%, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D. 0,5%, Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Shibab 0,3%.

Elektabilitas Muhaimin hanya sebesar 0,2%, kalah dari Ustaz Abdul Somad dan Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama dengan tingkat keterpilihan masing-masing 0,3%. Survei Median dilakukan terhadap 1.000 responden dengan marjin kesalahan +/-3,1% pada tingkat kepercayaan 95%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya