SOLOPOS.COM - Joko Widodo, Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto (jokowidiary.blogspot.com)

Solopos.com, JAKARTA — Menjelang sehari sebelum Rapimnas, Partai Golkar menambahkan opsi Aburizal Bakrie-Pramono Edhie sebagai pasangan yang akan berkompetisi bersama Jokowi dan Prabowo dalam Pilpres 9 Juli 2014 mendatang.

Menurut pengamat politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing, sah-sah saja jika keduanya akhirnya menjadi pasangan koalisi karena Golkar belum menandatangani persetujuan apapun dengan partai lain. Namun, langkah ini harus dipikirkan ulang oleh keduanya dengan mencermati elektabilitas calon yang diusung.

Promosi BRI Lakukan Penyesuaian Jam Operasional Selama Ramadan, Cek Info Lengkapnya

“Andaikan kedua calon ini benar diajukan, memang secara kuantitatif telah melewati ambang batas perolehan 20 persen, namun bagaimana elektabilitas calon yang diusung? Baik Ical maupun Pramono memiliki elektabilitas yang tidak menggembirakan. Sementara elektabilitas ini merupakan bentuk suara rakyat terhadap kedua calon ini,” katanya saat dihubungi Bisnis, Sabtu (17/5/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Maka menurutnya, kedua pasangan ini tidak cukup mampu menyaingi elektabilitas Jokowi atau Prabowo.

“Apakah sudah dihitung dengan baik kalkulasi kemungkinan suara yang didapatkan? Saya rasa, pak SBY merupakan figur yang menghargai riset-riset dan selalu mengacu pada angka. Dengan jelas riset menggambarkan bahwa elektabilitas Ical rendah, apalagi Pramono Edhie yang masih dibawah Dahlan Iskan. Mendongkrak elektabilitas dalam waktu singkat itu akan sangat sulit, saya yakin Pak SBY memperhatikan ini” kata Emrus.

Jika benar kedua calon ini akan dipasangkan maka dia berpendapat bahwa keduanya hanya akan berfungsi sebagai pemecah suara. Dengan demikian, presiden terpilih kemungkinan akan dilakukan dalam dua putaran.

“Mereka bisa jadi berfungsi sebagai pemecah suara. Sehingga poros ketiga yang kalah, akan mengalihkan suaranya kepada salah satu poros diantara poros yang menang di pemilu putaran dua,” jelasnya.

Namun, dia menyarankan Golkar dan Demokrat untuk bertindak relevan. Jika dalam kalkulasi politik ada kemungkinan kedua pasangan ini akan menang, silakan lanjutkan. Tapi jika hal tersebut tidak membuat banyak perbedaan, lebih baik keduanya bergabung dengan dua pilihan kubu saat ini, PDIP atau Gerindra.

“Kalau memang punya kapabilitas dan elektabilitas untuk memenangi pemilu, silakan maju. Tapi jika tidak memenuhi syarat, lebih baik jangan dipaksakan. Karena Indonesia dalam mengeluarkan biaya pemilu untuk dua putaran akan menjadi lebih besar dan memakan waktu,” terangnya.

Keputusan antara keduanya akan dibicarakan dalam Rapimnas Golkar dan Demokrat yang keduanya dijadwalkan berlangsung besok, Minggu (18/5/2014).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya