SOLOPOS.COM - Ilustrasi situasi Kota Solo pascagagalnya Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai presiden dalam Sidang Umum MPR 1999 (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Masih ingat dengan cemong hitam di wajah Solo seusai Sidang Umum MPR 1999? Kala itu, sebagian warga yang tak terima dengan kekalahan Megawati Soekarnoputri dalam pemungutan suara pemilihan presiden membuat kerusuhan di Kota Solo.

Akankah hal serupa kembali terjadi andaikata Joko Widodo alias Jokowi kalah dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014? Pertanyaan itu tentu meneror setiap warga yang turut mengalami suasana tegang Kota Solo, 15 tahun silam. Namun, Senin (7/7/2014), Ketua DPC PDIP Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo mengikrarkan janji peristiwa serupa tak akan terulang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Janji itu ia kemukakan dalam kaitan Deklarasi Ikrar Pemilu Damai Pemilu Presiden 2014 di Pendapi Gede Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Senin sore. Dalam kesempatan itu, Rudy—sapaan akrab F.X. Hadi Rudyatmo—bersama tim pemenangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-M. Hatta Rajasa mendeklarasikan komitmen mewujudkan Pilpres 2014 yang jujur, adil, aman, tertib dan kondusif dengan mengedepankan budaya adiluhung dan kearifan lokal.

Selain kedua belah pihak yang bersaing merebut simpati publik menjelang pemungutan suara Pilpres 2014, Rabu (9/2014) lusa itu, kegiatan deklarasi tersebut juga dihadiri tokoh masyarakat, tokoh agama, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu). Tampak hadir pula aparat satuan kerja perangkat daerah (SKPD), camat serta lurah dan warga Solo.

Rudy terkait deklarasi itu mengatakan siap menerima apapun hasil pemungutan suara Pilpres, Rabu lusa. Pihaknya menjamin kerusuhan  1999 atas gagalnya Megawati Soekarnoputri menjadi presiden tidak akan terulang pada Pilpres 2014 ini.

Menurut Rudy situasi politik tahun 1999 dengan sekarang jauh berbeda. Proses politik, khususnya pada pemilihan presiden, saat itu menurut dia lain dengan sekarang. “Siapapun persiden mari jaga kondusivitas Kota Solo. Apalagi di bulan puasa, semua pihak harus bisa menahan bisa menerima dengan lapang dada hasil pemilu nanti,” tegas Rudy yang kini juga wali kota Solo itu.

Sebagaimana dikabarkan Harian Umum Solopos edisi Senin (7/7/2014), Solo sebelumnya telah ditengarai Indonesia Police Watch (IPW) sebagai salah satu daerah yang perlu disoroti Polri dalam kaitan Pilpres 2014, selain selain Jawa Timur (Jatim), Yogyakarta, dan Jakarta.

Pernyataan itu dikemukakan IPW mengingat eskalasi massa pendukung dua kubu di keempat daerah itu semakin tinggi. IPW mendata perang urat syaraf antarpendukung capres di Jatim kian panas. Begitu juga di Yogyakarta, Solo, dan Jakarta.

Situasi di Jogja , Solo, dan Jakarta bahkan dinilai IPW terlihat kian mencemaskan karena adanya sejumlah konflik. Di Jogja misalnya, beberapa kali terjadi penyerangan, benturan, dan pelemparan bom molotov. Di Jakarta, terjadi pembakaran posko capres. Ironisnya, hingga kini kasusnya belum terungkap.

”Situasi kian panas tatkala beredar isu di masyarakat, jika salah satu pasangan capres-cawapres kalah akan terjadi kerusuhan. Isu ini tentu sangat meresahkan,” ungkap Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/7/2014), sebagaimana dikutip dari liputan6.com.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya