Solopos.com, JAKARTA–Merapatnya Partai Golkar ke PDI Perjuangan untuk menghadapi Pilpres 2014 nanti, diyakini akan memperkuat gerbong koalisi PDI-Perjuangan untuk mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai bakal Capres, setelah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasdem berkoalisi.
Penegasan tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif IndoStrategi, Andar Nubowo kepada Bisnis, Jakarta, Kamis (15/5/2014).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
“Tentu, merapatnya Partai Golkar ke PDIP bakal menambah kuat barisan PDIP dan Jokowi. Namun, ini juga akan mengubah peta kekuatan di tubuh koalisi PDIP selama ini,” tuturnya.
Andar menambahkan, jika Partai Golkar menyatakan sikap untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan dan bersama-sama mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai Capres, maka Partai Golkar memiliki posisi untuk menentukan pendamping Jokowi nanti.
Pasalnya, berdasarkan hasil rekapitulasi suara nasional Komisi Pemilihan Umum (KPU), Partai Golkar menempati nomor urut kedua dengan perolehan suara 14,75 persen. Sedangkan Partai NasDem ada di nomor urut 8 dengan perolehan suara 6,72 persen dan PKB berada di nomor urut 5 dengan perolehan suara 9,04 persen.
“Sebagai pemenang kedua pileg, Partai Golkar bakal lebih merasa ‘berkuasa’ dibandingkan dengan Nasdem dan PKB dalam koalisi ke depan. Termasuk dalam penentuan Cawapres Jokowi. Kemungkinan, posisi JK akan disuport Partai Golkar. Jika demikian, ARB hanya akan menjadi king maker saja,” tukas Andar.
Frustrasi
Di lain sisi, Ical juga dinilai seperti mengalami disorientasi dan frustrasi menghadapi Pilpres 2014.
Menurut Andar Nubowo sebagai partai pemenang kedua pada Pemilu Legislatif (Pileg), seharusnya Partai Golkar percaya diri untuk mengusung Ical sebagai Capres. Namun kenyataannya, Partai Golkar tidak percaya diri untuk mengusung Ical sebagai Capres.
“Sebagai pemenang kedua Pileg, Partai Golkar di bawah ARB tampak tidak percaya diri dalam menyusun poros koalisi partai dan capres-cawapres,” tutur Andar di Jakarta, Kamis (15/5).
Andar menambahkan, disorientasi dan frustasi Ical semakin jelas terlihat saat Partai Golkar melakukan penjajakan koalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra. Namun, Ical tetap tidak memiliki mitra koalisi atau Cawapres untuk mendampinginya dalam momentum Pilpres nanti.
“Yang paling kentara, ditolaknya ARB oleh Prabowo tampaknya yang memicu ARB untuk melirik PDIP. Jika sebelumnya, yang penting bukan Jokowi, sekarang ini ARB masuk ke kubu anti Prabowo,” tukasnya.