SOLOPOS.COM - Pasangan Capres Cawapres Nomor urut 2 Joko Widodo (tengah) bersalaman dengan Pasangan Capres Nomor urut 1 Prabowo Subianto (kedua kiri) disaksikan Pasangan Cawapres Nomor urut 2 Hatta Rajasa (kiri) dan pasangan Cawapres nomor 2 Jusuf Kalla sebelum mengikuti debat final Capres Cawapres di Jakarta, Sabtu (5/7/2014) malam. Debat final tersebut mengangkat tema mengenai pangan, energi dan lingkungan. (Rahmatullah/JBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Menjelang Pilpres 2014, survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menemukan bahwa untuk pertama kalinya tren elektabilitas capres-cawapres kembali melebar.

“Sejak September 2013 hingga akhir Juni 2014, selisih kedua capres terus mengecil. Namun, di awal Juli 2014, tren elektabilitas justru berbalik,” kata peneliti LSI, Fitri Hari, di Kantor LSI, Jakarta, Senin (7/7/2014).

Promosi Keren! BRI Jadi Satu-Satunya Merek Indonesia di Daftar Brand Finance Global 500

Sebelumnya, survei LSI September 2013 menunjukkan selisih elektabilitas kedua capres mencapai 39,20% (Jokowi 50,30%, Prabowo 11,10%). Pada Maret 2014, selisih keduanya mengecil menjadi 24,20% (Jokowi 46,30%, Prabowo 22,10%). Pada awal Mei 2014, selisihnya turun dua kali lipat menjadi 12,67% (Jokowi 35,42%, Prabowo 22,75%).

Setelah keduanya berpasangan dengan cawapres pada awal Juni 2014, selisih kembali menurun menjadi 6,3% (Jokowi-JK 45%, Prabowo-Hatta 38,7%). Pada akhir Juni, selisih keduanya berada pada titik terendah yakni 0,5 % (Jokowi-JK 43,5%, Prabowo-Hatta 43%). Terakhir, tren berbalik melebar dengan selisih 3,6% (Jokowi-JK 47,8%, Prabowo-Hatta 44,20%).

Menurut Fitri, ada empat alasan yang membuat terjadinya “kebangkitan” elektabilitas Jokowi-JK. Pertama, terjadinya penguatan dulungan di segmen pemilih wong cilik akibat masifnya kampanye door to door dengan program riil, seperti Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan sebagainya yang dilakukan relawan Jokowi-JK di provinsi strategis.

“Kedua, pada segmen pemilih menengah atas, kampanye melibatkan endorsement atau tokoh berintegritas tinggi, seperti selebritis di media sosial dengan gerakan #akhirnya memilih Jokowi, yang mampu mendongkrak dukungan,” jelasnya.

Ketiga, timses Jokowi-JK mempublikasi isu dan program yang lebih fresh, baru dan konkret dalam seminggu terakhir, seperti janji 3 Peraturan Presiden dalam 100 hari, 5 kontrak rakyat, serta 9 program nyata yang dipublikasi secara massif terutama lewat serangan darat.

“Terakhir, karena dipicu bayangan kekalahan akibat hasil aneka survei yang menunjukkan pertarungan yang semakin ketat, semua mesin dan relawan pendukung Jokowi-JK kembali menggalang kekuatan,” tuturnya.

Namun, Fitri mengatakan kedua kandidat masih berpotensi untuk saling mengalahkan. “Pergerakan di hari tenang, pemilih yang mengambang, pendukung pasangan mana yang akan lebih banyak golput, akan membuat kedua pasangan ini masih berpeluang menang,” katanya.

Survei nasional yang dilakukan 2-5 Juli ini menggunakan metode tatap muka menggunakan kuesioner dengan melibatkan 2400 responden di seluruh Indonesia. Adapun, survei ini dilengkapi riset kualitatif berupa focus group discussion, in depth interview, dan media analisis dengan margin of error hingga 2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya