SOLOPOS.COM - Calon presiden Joko Widodo berkampanye di hadapan para pendukung dan sukarelawannya di Gedung Islamic Centre, Ciamis, Jawa Barat, Kamis (12/6/2014). Joko Widodo menampik dan membantah sejumlah isu kampanye negatif dan hitam yang menyerang dirinya, lalu meminta dukungan mereka dalam pemungutan suara Pilpres 9 Juli 2014. (JIBI/Solopos/Antara/Widodo S. Jusuf)

Solopos.com, TASIKMALAYA — Calon presiden Prabowo Subianto maupun Joko Widodo (Jokowi), Kamis (12/6/2014), sama-sama sibuk menepis isu negatif yang menerpa mereka menjelang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 yang pemungutan suaranya dijadwalkan 9 Juli 2014 mendatang. Jokowi menganggap fitnah menderanya karena orang tak mampu menemukan kesalahan dirinya.

Capres poros politik besutan PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi yang Kamis kemarin berkampanye ke Tasikmalaya mengungkapkan ada sekitar 23 isu yang menyerang dirinya. Saat berkampanye di Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Tasikmalaya, Jawa Barat itu Jokowi memaparkan isu-isu penghapusan tunjangan sertifikasi guru, penghapusan jatah beras miskin, serta isu SARA yang menerpa dirinya.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

“Isu tunjangan sertifikasi guru itu sepele tapi meresahkan guru-guru di daerah, isu itu bilang kalau Jokowi dan JK jadi presiden tunjangan guru dihapus. Jatah raskin juga katanya mau dihapus,” ucap Jokowi.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut mantan wali kota Solo ini, isu tersebut tidak masuk logika, karena dirinya justru berencana akan menambah tunjangan sertifikasi guru dan jatah raskin. “Logika tidak masuk, kok dihapuskan. Kalau ditambah mungkin, kan dibutuhkan rakyat. Kalau percaya ya kebangetan, gitu ya ada yang percaya,” tambahnya.

Mengenai masalah suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang menyebutkan dirinya mempunyai nama baptis Hebertus dan keturunan Tionghoa, Jokowi membantah dengan menyebar foto dirinya ketika menunaikan ibadah haji pada 2003 dan ibadah umrah pada 2012.

Walaupun banyak serangan kampanye hitam yang menyerang dirinya, Jokowi menanggapi dengan santai karena kampanye hitam tersebut sudah ada sejak dirinya mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta. “Banyak orang bingung mencari kesalahan saya, tapi enggak ketemu. Paling gampang apa kalau enggak nemu? Ya bikin fitnah,” kata Jokowi.

“Sebetulnya saya sudah enggak mau jawab, tapi kalau didiamkan menjadi riak. Itu isu SARA diulang-ulang, enggak kreatif. Perlu saya klarifikasi karena masyarakat ada yang goyah,” kata Jokowi.

Selain isu SARA, Jokowi juga menanggapi kabar yang menyebutkan dirinya capres boneka. Dirinya menolak apabila dicap sebagai calon presiden yang tidak tegas karena bukan ketua umum partai. Menurutnya tegas juga bukanlah sifat yang dilihat dari fisik.

“Memang pemimpin harus tegas, tegas itu ada dua kriteria, berani memutuskan dan mengambil risiko, itulah tegas. Tegas bukan badannya besar, terus saya kurus dibilang tidak tegas. Tegas kok dilihat dari badan, beda dong,” tandasnya.

Sementara itu saat menemui ribuan pendukungnya di Islamic Centre, Ciamis, Jokowi melontarkan candaan dirinya tidak akan marah diolok-olok berwajah ndesa. Tapi dirinya tidak ingin diremehkan hanya karena berwajah ndesa. “Saya sering diremehkan, katanya debat nanti keok, enggak bisa apa-apa, debat ntar kelihatan bodoh, enak aja,” kata Jokowi.

Upaya menepis isu juga tampak dilakukan Prabowo Subianto kala berkampanye ke Palembang. Ia antara lain mempertanyakan tak pernah dipersoalkannya masalah hak asasi manusia (HAM) saat dirinya menjadi cawapres Megawati pada Pilpres 2014. (Fitri Sartina Dewi/JIBI/Bisnis/Solopos/Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya