SOLOPOS.COM - Jusuf Kalla (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, MAKASSAR — Mantan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla menegaskan dirinya masih kader Partai Golkar meskipun namanya dijagokan partai politik lain sebagai kandidat calon presiden. Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu memaklumi jika namanya kini juga digunakan mendongkrak popularitas partai menjelang Pemilu.

“Ada hak azasi orang memasang foto saya, walaupun saya tidak punya partai. Saya ingin mengatakan saya tidak aktif lagi di partai tetapi biar bagaimana pun saya ini tetap kader Golkar,” kata Jusuf Kalla saat memberikan materi dalan workshop dan pelatihan Jurkam Partai Golkar Se-Sulawesi Selatan di Benteng Rotterdam Makassar, Minggu (9/2/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dia, semua orang punya hak asasi melakukan itu, tetapi tergantung apakah akan dicalonkan partai lain itu persoalan kedua, sebab dirinya belum memikirkan hal tersebut. “Saya tidak bisa membatasi orang karena ada hak azasi. Saya tetap Golkar dan saya tidak pernah pindah partai, kalau mau dicalonkan dari partai lain nanti kita lihat,” ucapnya menanggapi pertanyaan kader Golkar terkait sejumlah partai menggunakan namanya.

Kalla juga mengatakan, Pemilu merupakan masalah persaingan keyakinan, karena pada dasarnya setiap partai yakin bahwa dirinya yang mampu memberikan yang terbaik untuk rakyat. “Pemilu itu masalah persaingan keyakinan, semua partai yakin mampu bekerja yang terbaik untuk rakyat,” ujar Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini.

Pria yang disapa JK ini, mengakui, semua partai memiliki kesamaan keyakinan maka yang menjadi penentu adalah rakyat. Rakyatlah yang menentukan siapa yang terbaik menjalankan roda kepemerintahan. Untuk itu, kata JK, partai-partai berlomba-lomba mendekati rakyat untuk menyakinkan bahwa mereka layak untuk dipilih dan diberikan amanah.

“Maka semua berlomba-lomba menyakinkan rakyat, agar diberikan kepercayaan menjalankan tujuan itu, Tetapi intinya bagaimana membangun silaturrahmi dan sering berkunjung ke masyarakat,” ungkapnya.

Ketua Dewan Mesjid Indonesia ini juga mengkritik cara-cara calon anggota legislatif dalam memenangi pemilihan umum. Hampir semua caleg, kata dia, menggunakan cara-cara yang serupa, yaitu membuat baliho, memasang gambar di tempat-tempat umum dan membagikan kartu nama.

Dalam hitungan JK, satu daerah pemilihan rata-rata ditemukan 1.600 foto Caleg bertebaran. Untuk itu, cara-cara tersebut dinilainya kurang efektif karena masyarakat akan kesulitan mengingat satu persatu foto-foto kampanye tersebut.

“Untuk menang dalam pemilu kebanyakan menggunakan cara yang sama, buat baliho, pasang gambar dan bagi kartu nama. Hitungan saya, dalam satu dapil ada 1.600 foto, bagaimana rakyat bisa ingat untuk memilihnya,” papar JK disambut tepukan tangan peserta.

Dirinya meyarankan agar para caleg mengikuti jejak Mantan Presiden Gus Dur dan Gubernur Jakarta Jokowi. Sebab, Gus Dur dan Jokowi dicintai dan diidolakan oleh rakyat karena dua-duanya dekat dengan rakyat.

Keduanya mampu turun langsung menyapa rakyat, memberikan sesuatu yang nyata bukan bayang-bayang semata. JK menegaskan, caleg yang tidak pernah turun ke masyarakat merupakan caleg yang hanya menjadi bayang-bayang saja di masyarakat, sehingga sulit untuk diingat apalagi dipilih.

“Kenapa Gus Dur dan Jokowi diidolakan rakyat? Karena mereka dekat dengan rakyat sering turun menyapa masyarajat. Rakyat butuh yang nyata, bukan bayang-bayang,” sebutnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya