SOLOPOS.COM - SBY dan Sultan HB X (Dok/JIBI)

Solopos.com, JAKARTA – Konvensi Partai Demokrat yang dilakukan untuk mengusung calon presiden diprediksi akan sia-sia mengingat hampir seluruh partai politik telah menetapkan arah koalisinya ke dua poros utama, bukan ke Partai Demokrat.

Padahal, tanpa berkoalisi, Partai Demokrat tidak dapat mencalonkan presiden karena perolehan suara dalam Pemilu Legislatif 2014 tidak memenuhi parliamentary threshold. Hal tersebut disampaikan Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salehudin. Menurutnya, satu-satunya cara yang bisa diharapkan Partai Demokrat adalah dengan memengaruhi sikap Golkar agar tidak berkoalisi dengan poros PDIP maupun Gerindra.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Akhirnya diwacanakanlah Sri Sultan sebagai tokoh senior Partai Demokrat untuk menjadi capres. Melalui strategi ini Partai Demokrat mencoba mempengaruhi psikologis Golkar untuk memikirkan ulang posisi capres yang akan didapatkan jika membentuk poros baru. Sedangkan jika gabung dengan PDIP dan Gerindra, kan tidak mungkin usung capres,” katanya saat dihubungi Bisnis, (16/5/2014).

Said berpendapat, dengan wacana pencapresan Sultan Hamengkubuwono (HB) X untuk menjadi capres, target Partai Demokrat bukanlah kemenangan mutlak, namun menciptakan pilpres menjadi dua putaran. “Saya lihat kemenangan tampaknya bukan menjadi target utama SBY. Dia sadar betul Jokowi dan Prabowo sulit tertandingi. SBY sepertinya hanya ingin menciptakan Pilpres dua putaran. Kalau Demokrat dan Golkar bersekutu mengusung poros baru, maka akan ada tiga pasangan calon,” ujarnya.

Karena ada tiga pasangan calon, maka, menurutnya suara pemilih cenderung akan menyebar dan bisa memecah suara Jokowi dan Prabowo. Akibatnya, Jokowi atau Prabowo sulit memenangkan Pilpres dalam satu putaran dengan memperoleh suara lebih dari 50 persen dengan minimal 20 persen suara di 17 provinsi.

“Apabila suara Jokowi dan Prabowo berbeda tipis pada putaran pertama, maka pada putaran kedua Demokrat dan Golkar bisa menawarkan dukungan kepada salah satu dari mereka dengan meminta imbalan jatah kursi menteri yang lebih banyak dari partai lain yang sudah lebih awal berkoalisi dengan Jokowi dan Prabowo. Mungkin ini strategi Demokrat sesungguhnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya