SOLOPOS.COM - Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (JIBI/Solopos/dok)

Solopos.com, JAKARTA – Kedigdayaan Partai Golongan Karya (Golkar) dalam sejarah pemerintahan tidak diragukan. Terbukti, selama 7 periode Golkar dapat menjadi pemenang dalam pemilihan umum (pemilu), hal yang belum bisa dicapai partai poilitik lain.

Namun, sejak reformasi melanda, partai tersebut mulai goyah. Golkar saat itu harus rela menyerahkan posisinya kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sementara partai pohon beringin itu turun kasta ke posisi dua dari keseluruhan partisipan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Periode setelahnya, Golongan Karya dapat membalas kekalahan. Saat itu, Golkar menang tipis atas PDIP di 21.58%, sementara perolehan suara PDIP mencapai 18.53%.

Sepertinya, Golkar belum belajar dari pengalaman. Pada tahun 2009, Golkar kembali dilengserkan oleh partai kuda hitam, yakni Partai Demokrat. Dalam perolehan suara saat itu, Demokrat mengungguli Golkar dengan selisih 6.3 %. Dengan persentase tersebut, selisih kursi DPR yang didapatkan pun berjarak 47 kursi.

Tahun ini, melihat persaingan antar partai politik yang semakin memanas, sulit rasanya jika Golkar dapat menambah periode kemenangannya. Meskipun hasil resmi rekapitulasi nasional dijadwalkan akan disiarkan besok Jumat (9/5/2014), namun hasil perhitungan cepat diberbagai lembaga survei menempatkan Golkar berada di tempat kedua, setelah PDIP. SMRC, contohnya. Dalam hitung cepat hasil survei tersebut, Golkar meraih 14.96% suara masyarakat Indonesia, tertinggal oleh PDIP yang meraih 18.9% suara. Begitu pula dengan LSI yang menyatakan Golkar meraih15.43 % suara sementara PDIP meraup 19.53% suara.

Adapun, dalam survei SMRC tersebut, elektabilitas bakal capres yang diprediksi akan diusung Golar, Aburizal Bakrie, tidak pernah mencapai 10%. Jika dikerucutkan kedalam tiga calon, Aburizal menjadi yang terbuncit dengan perolehan 9.2 %. Sementara itu, tingkat elektabilitas Prabowo Subianto sebesar 32.1% dan Joko Widodo terus memimpin berbagai survei elektabilitas dengan 47.1%.
Lantas, akankah Golkar kalah lagi Pilpres tahun ini?

Menurut Pengamat Politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit sulit bagi Golkar untuk meraih kemenangan jika terus mempertahankan Aburizal Bakrie sebagai capres. Menurutnya, elektabilitas ARB rendah dan masalah lumpur Sidoarjo yang masih kontroversi membuat peluang Golkar untuk menang semakin kecil.

“Meskipun perolehan partai tinggi, namun elektabilitas tidak cukup tinggi. Lagipula, sosok ARB bermasalah di daerah Jawa Timur. Super power golkar itu sudah habis,” tuturnya kepada Bisnis, (8/5/2014).

Kabar yang beredar, Akbar Tanjung termasuk kader yang diperhitungkan untuk diusung partai Golkar. Menanggapi hal tersebut, Arbi mengatakan Akbar Tanjung dan ARB setali tiga uang.

“Mungkin kalau dari berbagai kader, Akbar Tanjung berpengalaman dalam manajemen politik. Tapi sama saja. Tidak akan efektif karena Akbar Tanjung juga pernah bermasalah dengan bulog. Pemimpin harusnya yang tidak bermasalah,” katanya.
Kepastian pencapresan dan strategi pemenangan akan dibahas dalam Rapimnas yang kabarnya akan digelar setelah rekapitulasi nasional Pileg 2014 diumumkan. Kalah lagi kah, Golkar? Kita lihat saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya