SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pilkades (JIBI/dok)

Solopos.com, WONOGIRI — Taruhan botoh masih menjadi hal yang diwaspadai menjelang pemilihan kepala desa (pilkades) serentak di berbagai daerah termasuk Wonogiri.

Polres Wonogiri menerjunkan personel reserse untuk mendeteksi adanya judi yang dilakukan botoh dengan memanfaatkan kontestasi Pilkades, 25 September mendatang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Polisi menilai pilkades di seluruh desa berpotensi dijadikan pertaruhan botoh. Namun, setidaknya ada tiga kecamatan yang paling rawan dimanfaatkan botoh, yakni yang berbatasan dengan daerah lain.

Kapolres Wonogiri, AKBP Uri Nartanti Istiwidayati, akhir pekan lalu, menyampaikan botoh biasanya memanfaatkan agenda pemilihan, seperti pilkades. Tidak menutup kemungkinan Pilkades serentak tahap III di Wonogiri tahun ini tak luput dari sasaran mereka.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menduga para botoh mayoritas berasal dari luar Wonogiri. Aksi mereka tak terlihat karena berada di luar pihak terkait. Pelaksanaan pilkades di seluruh desa pelaksana berpotensi dijadikan ajang taruhan para pejudi.

“Tapi memang biasanya mereka menyasar desa pelaksana yang berbatasan dengan daerah lain,” kata Kapolres.

Dia melanjutkan botoh dapat memengaruhi dinamika pilkades. Botoh bisa menggiring warga memilih atau tak memilih calon kades (cakades) tertentu.

Hal itu dilakukan agar cakades yang menjadi jagoan mereka menang. Oleh karena itu keberadaan botoh berpotensi menimbulkan gesekan.

Data yang Solopos.com peroleh, polisi memetakan ada tiga kecamatan yang berpotensi disasar botoh, meliputi Bulukerto, Kismantoro, dan Puhpelem. Terdapat 17 desa di tiga kecamatan tersebut yang menggelar pilkades.

Kapolres menyebut ada kecamatan lain yang juga berpotensi disasar botoh, yakni kecamatan di wilayah selatan yang berbatasan dengan daerah lain. Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP Purbo Ajar Waskito, menambahkan selain pengamanan terbuka Polres juga menerapkan pengamanan tertutup.

Pengamanan tertutup dilaksanakan personel reserse dan intelijen. Mereka bertugas mendeteksi munculnya potensi kerawanan, termasuk keberadaan botoh.

Menurut Purbo, botoh bisa memicu gesekan terutama ketika ada cakades yang kalah tak menerima hasil penghitungan suara. Cakades bersangkutan bisa saja menduga kekalahannya karena peran botoh.

“Peran masyarakat sangat penting. Kalau melihat ada orang tak dikenal yang gelagatnya mencurigakan saat pemungutan suara, informasikan saja kepada petugas terdekat. Kami akan menindaklanjutinya,” kata Purbo.

Seperti diketahui, Polres Wonogiri menerjunkan 695 personel untuk mengamankan pilkades 186 desa di 25 kecamatan. Mereka akan didukung 360 personel pengamanan dari Brimob Polda Jawa Tengah, Polresta Solo, Polres Sukoharjo, dan Polres Klaten.

Ada personel yang akan ditempatkan di setiap desa pelaksana pilkades. Personel lainnya ditempatkan di setiap eks distrik (lima eks distrik) dengan perincian satu peleton atau 30 personel per eks distrik.

Pasukan Brimob disiagakan di tiga rayon, yakni timur, barat, dan selatan untuk mem-back up personel di eks distrik. Sesuai jadwal, saat ini sedang masa tenang. Tahapan tersebut berlangsung 20-24 September.

Pada masa itu para cakades dilarang berkampanye. Pemungutan suara digelar 25 September.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya