SOLOPOS.COM - Kadimin (dua dari kanan) dan Tety Lestari (dua dari kiri) berfoto bersama di sela-sela waktu istirahat Pilkades Ngadirojo Kidul di Balai Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, Rabu (25/9/2019). (Solopos/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, WONOGIRI — Untuk kali pertama dalam sejarah Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, kursi jabatan kepala desa diperebutkan oleh bapak dan anaknya.

Si bapak, Kadimin, 55, merupakan petahana. Dia ditantang anaknya, Tety Lestari, 31, pada pemilihan kepala desa (pilkades) serentak, Rabu (25/9/2019). Meski Tety ibaratnya adalah calon boneka lantaran ia menjadi calon kepala desa (cakades) atas permintaan bapaknya yang tak punya lawan lain, kontestasi keduanya tak menyurutkan animo warga setempat untuk menggunakan hak suara di tempat pemungutan suara (TPS).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak lama setelah waktu pencoblosan dibuka, Rabu pagi, warga Desa Ngadirojo Kidul berbondong-bondong ke TPS di Balai Desa setempat. Antrean di halaman kantor desa itu mengular hingga ke jalan.

Di dalam, warga berdesakan sembari menunggu diberi kesempatan masuk ke bilik suara dan mencoblos. Antrean itu tetap padat hingga waktu berjalan sekitar pukul 11.00 WIB.

Di ujung bilik suara itu duduk masing-masing cakades didampingi pasangannya. Tety Lestari didampingi suaminya Andre Irmawan, sementara Kadimin, 55, didampingi istrinya, Sutiyem.

Seusai mencoblos, setiap warga melambaikan tangan kepada kedua calon itu sebagai bentuk penghormatan, lalu pergi meninggalkan TPS. Kadimin yang sebelumnya menjabat Kades Ngadirojo Kidul menceritakan pencalonan anaknya betul-betul tak direncanakan.

Semula, ada seorang pendaftar lain yang ikut mencalonkan diri menjadi rivalnya. Namun, tiga hari menjelang penutupan pendaftaran, calon itu mengundurkan diri dengan alasan tidak mampu.

“Tiga hari itu saya bingung. Siapa yang bakal menjadi calon lain? Kalau syarat tidak terpenuhi, Pilkades bisa ditunda tahun depan,” kata Kadimin saat ditemui Solopos.com di Balai Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Rabu.

Kadimin lantas meminta anaknya mendaftar. Selama tiga hari itu ia membantu anaknya melengkapi berkas persyaratan. Untungnya, berkas itu rampung. Tety kini menjadi rivalnya dalam Pilkades serentak.

“Saya pilih anak saya supaya dikenal masyarakat desa. Bagaimanapun saya berusaha semaksimal mungkin melayani masyarakat saat susah dan senang, siang maupun malam,” terang dia.

Menurut Kadimin, pembangunan infrastruktur di Ngadirojo Kidul hampir selesai. Kini, hanya tersisa talut dan sanitasi di dusun-dusun. Ia pun memprogramkan pengentasan masyarakat ekonomi bawah dalam visi misinya ke depan jika terpilih lagi.

Cari Pengalaman

“Jangan sampai hanya gitu-gitu terus. Yang terpilih nanti kan pelayan masyarakat tanpa membeda-bedakan mendukung atau tidak,” beber dia.

Tety membenarkan cerita ayahnya. Ia kaget saat ditawari menjadi rival bapaknya demi memenuhi persyaratan minimal jumlah cakades.

“Ya cuma mendampingi bapak. Cari pengalaman saja. Kalau bisa lebih dekat dengan masyarakat. Tapi kalau terpilih, saya akan meneruskan pembangunan di Ngadirojo Kidul,” tutur perempuan yang mengaku bekerja sebagai buruh itu.

Ketua Panitia Pilkades Desa Ngadirojo Kidul, Triyono Edi Nurwiyanto, membenarkan saat pendaftaran cakades itu ada dua orang tapi yang satu mengundurkan diri. Ia lalu mengumumkan melalui pengurus RT/RW agar ada calon lain yang mendaftar.

Namun, hasilnya nihil. “Akhirnya saya minta ke calon 1, tolong cari calon sendiri. Kalau enggak ada calon, pilkades bisa diundur,” kenang Triyono.

Pencoblosan hari itu pun terbilang sukses. Banyak pandangan miring soal pencalonan satu keluarga membikin animo masyarakat menggunakan hak suara rendah.

Namun, hal itu tak terjadi di Ngadirojo Kidul. Dari 7.323 pemilih dalam DPT, ada sekitar 5.000-an pemilih mencoblos hingga pukul 12.00 WIB.

“Mungkin karena wibawa calon, antusiasme warga sangat tinggi. Ternyata di sini full antre. Pencoblosan juga berjalan kondusif,” kata dia.

Triyono menduga mundurnya calon rival petahana lantaran minder dengan capaian kinerja petahana. Kadimin dinilai berhasil dalam penataan desa menjadi acuan setiap calon rival yang akan maju.

“Kalau dianggap berhasil dan mampu, rival yang baru jadi minder. Kalau biasa-biasa saja, mungkin rival bisa maju untuk perubahan dari petahana,” urai dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya