SOLOPOS.COM - Warga Desa Mlokomanis Wetan, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, mengantre mencoblos pilkades di TPS 3, Balai Desa Mlokomanis Wetan, Rabu (25/9/2019). (Solopos-Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, WONOGIRI — Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Ngabeyan, Sidoharjo, Wonogiri, Mujiono, mengaku diintimidasi sejumlah orang dari kubu salah satu calon kepala desa (cakades) setempat.

Mujiono yang pada pemberitaan sebelumnya disebut dengan inisial Mjo mengatakan tak pernah memberi uang kepada warga disertai permintaan agar warga memilih cakades nomor urut 1, Pardi, pada pencoblosan Pilkades Ngabeyan, Rabu (25/9/2019).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia terpaksa mengaku melakukan hal itu karena takut dianiaya orang dari kubu cakades nomor urut 2, Didik Andriatno. Pengakuan itu diberikan Mujiono saat diinterogasi sejumlah orang dari kubu Didik Andriatno, Selasa (24/9/2019) lalu.

Ditemui Solopos.com di rumahnya, Ngasem Lor, Ngabeyan, Senin (30/9/2019), Mujiono tak memungkiri sebelumnya sempat mengaku memberi uang kepada warga saat diinterogasi kubu Didik. Dia terpaksa mengaku meski tak pernah melakukan tindakan itu karena takut dipukuli.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat itu dia dikelilingi sejumlah orang yang bersikap kasar. Mereka membentak-bentaknya sambil menunjukkan selembar foto seorang laki-laki dan perempuan sedang memegang uang.

Menurut mereka, kedua orang di foto itu warga yang menerima uang dari Mujiono. Merasa tertekan dan terintimidasi, Mujiono akhirnya mengarang cerita yang pada pokoknya mengaku memberi uang kepada warga atas inisiatifnya sendiri.

“Saya dijemput paksa oleh dua orang dari kubu Didik, Selasa sore [sehari sebelum pencoblosan]. Saya diangkut pakai mobil menuju tempat kubu Didik berkumpul. Lalu saya diinterogasi, diminta menjelaskan soal foto. Saya enggak tahu apa-apa soal isi foto itu. Karena saya takut, saya memilih mengaku memberi uang kepada warga saja biar cepat selesai,” kata Mujiono.

Setelah mengaku, sejumlah orang membawanya ke Polsek Sidoharjo. Kepada petugas dia menceritakan kembali apa yang telah diakuinya, lantaran saat itu masih ada tim Didik.

Mujiono memastikan akan menjelaskan peristiwa sebenarnya kepada polisi jika ke depan dimintai klarifikasi. Dimintai tanggapan mengenai tudingan kubu Didik yang menyatakan warga penerima mengaku diarahkannya agar memilih Pardi, Mujiono membantah.

Dia menegaskan dirinya bukan anggota tim sukses Pardi. Dia tak pernah bertemu Pardi apalagi berkomunikasi dengannya membicarakan ihwal pemenangan.

“Saya bagian dari KPPS harus netral. Hingga sekarang [Senin] pun saya tak pernah berkomunikasi dengan Pak Pardi membicarakan soal pilkades. Saya sadar saya difitnah, tapi saya memilih diam saja karena tak ingin masalah ini tambah pelik,” ulas Mujiono.

Terpisah, Pardi saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Ngabeyan membantah telah melakukan praktik politik uang. Dia tak pernah meminta siapa pun, termasuk Mujiono dan Ttg, memberi uang kepada warga, terlebih memberi dana kepada keduanya. Dia merasa telah difitnah dengan keji.

Seperti diketahui, Mujiono dan  Ttg dilaporkan ke Polres Wonogiri atas tuduhan politik uang. Kubu Didik meyakini Mujiono dan Ttg diperintah orang lain.

Berdasar penghitungan suara, Didik meraup 647 suara, kalah 31 suara dari perolehan suara Pardi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya