SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/dok)

Ada tiga desa penyelenggara pilkades Sragen yang jadi sasaran botoh dengan perputaran uang mencapai miliaran rupiah.

Solopos.com, SRAGEN — Tiga desa penyelenggara Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Sragen 2017 menjadi sasaran ajang permainan botoh dengan peredaran uang diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Tiga desa itu dipilih karena memiliki massa tradisional dan pragmatis sehingga mudah dimainkan dengan pendekatan transaksional.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perputaran uang botoh di tiga desa itu per Senin (27/11/2017) sudah di atas Rp500 juta. Perputaran uang itu diperkirakan bakal terus meningkat sampai miliaran rupiah saat menjelang hari pemungutan suara 6 Desember mendatang.

Perputaran uang paling besar terjadi di Desa Kedungupit yang mencapai Rp400 juta. Penjelasan itu disampaikan seorang botoh asal Ngrampal, HR, 43, saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Senin. HR sudah bertahun-tahun bermain botoh dan sempat melanglang sampai ke luar Jawa. (baca: Pendukung 2 Cakades Doyong Bentrok, Satu Orang Terluka)

Ekspedisi Mudik 2024

Ia tak hanya pemain lokal tetapi sempat taruhan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sragen 2015 lalu dan sejumlah pilkada kabupaten/kota lainnya. “Dari 10 desa di pilkades Sragen ini, saya hanya masuk di tiga desa itu. Saya main karena ada yang meminta saya main di sana. Bahkan ada calon kades yang meminta tolong saya agar bisa menang dalam pilkades. Saya lihat dari hasil pemetaan yang paling kuat itu di Kedungupit. Dua calon di Kedungupit itu sama-sama kuat dan berani glek-glekan,” ujarnya.

HR mengungkapkan Kedungupit sudah lama jadi ajang botoh. Pada pilkades tahun ini, HR menyebut banyak botoh besar yang masuk ke Kedungupit, mulai dari Pati, Karanganyar, Purwodadi, dan Madiun. “Sampai hari H nanti perputaran uang botoh di Kedungupit sampai miliaran rupiah. Sekarang saja Rp400 juta sudah beredar. Uang itu terus bertambah. Kedungupit paling ramai botoh,” katanya.

Sementara di Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, kata HR, perputaran uangnya masih kecil. Dia menyebut Rp100 jutaan beredar di kalangan botoh untuk taruhan di Pilkades Jetak. Sedangkan di Banyurip, Kecamatan Jenar, menurut HR, terhitung kecil. (Baca: Ada Anak Lawan Bapak dan Istri Lawan Suami di Pilkades Sragen)

Di desa paling ujung timur laut Kabupaten Sragen itu, HR hanya meladeni para pedagang kayu yang ingin taruhan. Perputaran uangnya di desa itu kurang dari Rp100 juta. “Kalau di Banyurip itu hanya botoh-botoh lokal,” tambahnya.

HR melihat permainan dalam pilkades ini tidak hanya dilakukan para botoh tetapi juga para elite politik. Dia menyampaikan elite politik cenderung berada di belakang layar untuk memenangkan calon tertentu.

Pergulatan elit politik pada Pilkades 2017, ujar HR, kentara di Desa Jetak. “Di Jetak itu jadi pertarungan dua kubu elite politik terkuat di Sragen. Di Kedungupit itu juga ada elite politik yang bermain, tak hanya di Jetak. Orang-orang DPRD Sragen juga ada yang terjun ke Jetak dan Kedungupit,” ungkapnya.

Sekretaris Kecamatan Sragen Kota Nugroho Dwi Wibowo menyampaikan Pilkades Kedungupit terkenal sebagai ajang politik transaksional. Penilaian Wibowo itu didasarkan pada pengalaman Pilkades Kedungupit enam tahun lalu saat masih menjadi Kasi Pemerintahan desa tersebut.

“Iya, enam tahun lalu itu satu cakades itu ada yang habis Rp1,3 miliar. Padahal ada empat cakades saat itu. Ada juga yang habis Rp800 juta, Rp600 juta, dan Rp400 juta. Kalau sekarang bisa jadi masih seperti itu,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di Balai Desa Kedungupit, Sragen.

Analisis HR terkait keterlibatan elite politik diakui legislator dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Sragen, Fatchurrahman. Anggota Komisi IV DPRD Sragen itu membantu salah satu cakades di Jetak sebagai wujud solidaritas antarteman. (Baca: 8 Petahana Ramaikan Pilkades di  6 Kecamatan)

“Ya, saya hanya bermain di Jetak. Ada beberapa teman di DPRD yang juga terjun di Jetak. Cuma gerakan politiknya tidak bisa dibaca secara langsung,” tambahnya.

Selama ini, Fatchurrahman hanya melihat bantuan para wakil rakyat itu dalam bentuk barang seperti rokok, atribut bendera, gula, teh, dan beras. Fatchurrahman juga mendengar ada legislator yang membagikan dana voucher atau dana aspirasi bagi warga untuk memenangkan cakades tertentu.

Dia mengungkapkan kalau ingin tahu siapa yang bermain di Pilkades Jetak bisa dilihat dalam kampanye pilkades, Selasa (28/11/2017). Dia mengatakan calon mana yang memiliki dukungan besar bisa dilihat di sana dan orang-orang partai politik (parpol) yang terlibat juga akan kelihatan. “Saya pun besok akan meramaikan kahanan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya