Pilkades serentak Gunungkidul lebih rawan konflik daripada pilkada
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Potensi terjadinya konflik pada Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) disebut jauh lebih rawan dibandingkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015 Gunungkidul, yang pada waktu bersamaan juga memasuki masa kampanye.
Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY
Pada Sabtu (24/10/2015), Pilkades 2015 memasuki masa pemungutan suara. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Satuan Intel Polres Gunungkidul, AKP Edi Purnomo, berdasarkan hasil pantauan yang dilakukan jajarannya.
Secara geografis, jelasnya, njarak antar calon kepala desa memang terpantau tak begitu jauh, dengan begitu, intensitas saling bertemu antar calon maupun pendukungnya menjadi lebih sering.
Demikian pula dengan fanatisme pendukung, mereka jauh lebih fanatik dibanding pendukung Calon Kepala Daerah, karena faktor kedekatan baik secara psikologis maupun geografis.
“Saat situasi memanas, gesekan kecil saja bisa memicu hal yang lebih besar,” terangnya, Jumat (23/10/2015).
Masa penghitungan suara usai pencoblosan diungkapkan AKP Edi merupakan masa yang paling rawan. Terutama jika calon yang berlaga memiliki kekuatan pendukung yang sama, nantinya perbedaan hasil penghitungan suara yang tipis, bisa menjadi pemicu.
Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Gunungkidul, Iskanto menyatakan, pihaknya bersama Muspida telah mengadakan pembahasan terkait keamanan Pilkades termasuk Pilkada.
Baik dalam pelaksanaan Pilkades dan Pilkada, pihaknya mengimbau masyarakat tetap harus bersama-sama pemerintah mewaspadai potensi munculnya isu Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA).
“Harapannya tidak ada konflik akibat isu SARA, Pilkades maupun Pilkades berjalan aman dan situasi kondusif bisa tercapai, dan bisa diantisipasi,” ungkapnya.