SOLOPOS.COM - Panitia penyelenggara Pilkades di Desa Temuwangi, Pedan, Klaten, terlihat mengenakan busana tradisional dalam pelaksanaan pemungutan suara pekan lalu. Banyaknya warga yang memilih kotak kosong alias tidak memilih calon kades yang ada harus disikapi dengan introspeksi oleh kandidat yang terpilih. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Panitia penyelenggara Pilkades di Desa Temuwangi, Pedan, Klaten, terlihat mengenakan busana tradisional dalam pelaksanaan pemungutan suara pekan lalu. Banyaknya warga yang memilih kotak kosong alias tidak memilih calon kades yang ada harus disikapi dengan introspeksi oleh kandidat yang terpilih. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Panitia penyelenggara Pilkades di Desa Temuwangi, Pedan, Klaten, terlihat mengenakan busana tradisional dalam pelaksanaan pemungutan suara pekan lalu. Banyaknya warga yang memilih kotak kosong alias tidak memilih calon kades yang ada harus disikapi dengan introspeksi oleh kandidat yang terpilih. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN — Jumlah pemilih kotak kosong di 58 pemilihan kepala desa (pilkades) di Klaten mencapai 8.964 orang. Fakta tersebut diharapkan menjadi bahan introspeksi bagi calon tunggal yang memenangkan pilkades.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data hasil rekapitulasi penghitungan suara pilkades yang dicermati Solopos.com, Minggu (14/4/2013), jumlah pemilih kotak kosong paling banyak terjadi di Desa Belangwetan, Kecamatan Klaten Utara yang mencapai 702 orang. Disusul kemudian Desa Logede, Kecamatan Karangnongko yang mencapai 518 suara dan Desa Mayungan, Kecamatan Ngawen dengan perolehan 466 suara.

Ketua Fraksi Gerakan Pembangunan Bangsa DPRD Klaten, Muslim Fadhil, menilai banyaknya warga yang memilih kotak kosong itu bisa menjadi bahan introspeksi bagi pemenang pilkades yang tak lain calon incumbent. Menurutnya, banyaknya pemilih kotak kosong itu menandakan bahwa pola kepemimpinan calon tersebut kurang bisa diterima warganya sendiri.

“Mungkin dia tidak bisa bekerja dengan baik. Mungkin ada kecacatan pekerti. Ini menjadi bahan peringatan bagi pemenang pilkades. Meski sudah diakui sebagai pemenang, namun belum tentu dia berhasil dalam memegang amanah selama enam tahun menjabat kades. Apalagi ada warga yang kurang berkenan dengan cara kepemimpinannya,” papar legislator yang juga menjabat sebagai anggota Komisi I DPRD Klaten ini.

Muslim menilai munculnya lawan kotak kosong di sejumlah desa memang tidak dapat dihindari. Dia mengakui warga di sejumlah desa tidak menaruh minat menjadi kades karena tanah bengkok tidak produktif. “Ini fakta yang saya temukan. Banyak kades tak bisa panen karena serangan wereng di tanah bengkok. Kalau sudah seperti itu, warga jadi tidak berminat menjadi kades,” tandasnya.

Hal senada juga dikemukakan pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Setda) Klaten, Sartiyasto. Dia juga meminta banyaknya jumlah warga yang memilih kotak kosong itu merupakan bahan introspeksi bagi pemenang pilkades. Namun dia menganggap tingginya jumlah warga yang memilih kotak kosong merupakan hal wajar. Menurutnya, adanya warga yang tidak suka dengan kepemimpinan seorang kades justru bisa mengambil peran sebagai pengkritik. “Orang-orang yang tidak suka itu justru akan lebih cermat dalam mengawasi kinerja seorang kades. Kotak kosong itu adalah pilihan. Jadi sah-sah saja warga memilih kotak kosong karena memang tidak menyukai calon tunggal yang ada,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya