SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BOYOLALI — Warga Desa Dlingo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, yang pro-kotak kosong, bersikukuh menolak diadakannya kembali pemilihan kepala desa (pilkades) ulang di desa itu. Jika pilkades ulang tetap dipaksakan, mereka menuntut agar penyelenggaraannya tidak menggunakan dana kas desa.

“Kami tetap menolak pilkades ulang. Jika itu tetap dipaksakan ya terserah, tapi kami berharap jangan menggunakan kas desa karena itu dana rakyat,” tegas Santoso, salah seorang warga Desa Dlingo, ketika ditemui Solopos.com di sela-sela aktivitasnya di rumahnya, Senin (13/5/2013).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Santoso mengemukakan diulangnya pilkades dengan memaksakan calon kades (cakades) yang sama tidak mencerminkan semangat demokrasi rakyat. Menurut dia, dua kali kemenangan kotak kosong sudah menunjukkan cakades tidak lagi diharapkan oleh mayoritas warga desa tersebut.

“Seharusnya calon juga menyadari hal itu. Instropeksi diri, karena sebagian besar warga menginginkan seorang pemimpin yang baru yang diharapkan mampu membawa perubahan pada desa ini,” ungkap Susanto.

Jika pilkades ulang tetap digelar, Susanto justru mengkhawatirkan kondisi desa akan semakin memanas. Sebab persoalan yang terjadi di Desa Dlingo saat ini sudah membuat warga terpecah belah.

Hal senada disampaikan warga lainnya, Sumanto. Pihaknya menyayangkan adanya campur tangan pihak Kecamatan Mojosongo terhadap penyelenggaraan pilkades di Desa Dlingo yang seharusnya menjadi urusan di desa tersebut beserta warganya.

Hal itu, lanjut dia, berdasarkan informasi yang diperolehnya bahwa rapat panitia pilkades bakal diadakan di kantor kecamatan.

“Lah wong namanya saja pilkades, masa iya, rapatnya di kantor kecamatan?” ungkap Sumanto.

Sumanto menegaskan hasil pilkades yang sudah dua kali digelar dan dua kali pula dimenangkan kotak kosong. Menurutnya, jika pilkades diulang terus sama artinya masyarakat seperti diadu.

“Jika ini pesta demokrasi seharusnya panitia bisa membuat warga nyaman. Masyarakat bawah yang tahu kondisi sebenarnya dan kami menolak keras pemilihan ulang,” imbuh Sumanto.

Sumanto juga berharap kesadaran calon tunggal untuk mengundurkan diri dari ajang pilkades tersebut. Dikatakan dia, mayoritas warga meminta dilakukan penjaringan ulang.

Sementara dari informasi yang dihimpun dalam pilkades di Desa Dlingo, saat tahap penjaringan calon sebenarnya ada dua yang mendaftarkan diri. Selain petahana Tahanta, warga lainnya, yaitu Suyamti juga mendaftarkan diri. Sayangnya, Suyamti dinyatakan tidak lolos tes tertulis.

Ditemui di rumahnya, Suyamti mengaku kecewa saat diumumkan dirinya tidak lolos tes tertulis beberapa waktu lalu. Sebab bukan kali itu dirinya ikut maju dalam pilkades di Desa Dlingo. Pada pilkades sebelumnya, sekitar enam tahun lalu, dirinya juga mengikuti seleksi cakades dan lolos tes tertulis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya