SOLOPOS.COM - Darno, 66, berucap syukur setelah diumumkan sebagai pemenang Pilkades Glintang, Sambi, Boyolali, Rabu (18/1/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pilkades Boyolali, Pilkades Glintang dimenangi oleh Darno yang melawan menantunya sendiri.

Solopos.com, BOYOLALI — Gerimis turun menjelang pukul 14.00 WIB. Di bawah payung tenda, seorang pria sepuh duduk di kursi sofa. Darno namanya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Raut wajahnya tenang. Pria berjas hitam necis itu sesekali menengadahkan telapak tangannya seperti sedang berdoa. Ia tak banyak bicara. Hanya sesekali menyapa tamu yang melintas di depannya.

“Total perolehan suara nomor urut satu 1.165 suara. Perolehan suara nomor urut dua 393 suara,” sebuah pengumuman terdengar dari aula Balai Desa Glintang, Kecamatan Sambi, melalui pengeras suara, Rabu (18/1/2017).

Seketika, pria berusia 66 tahun itu beranjak dari kursinya. Ia lantas bersujud di tanah. Diusaplah wajahnya penuh rasa syukur. “Alhamdulillah. Bapak menang!!” sahut Parinah, istri Darno, dengan wajah semringah.

Wajah semringah juga terpancar dari seorang pria muda di sebelah Darno. Dialah Adhi Yuliantoro, 38, yang tak lain menantu Darno. Dalam ajang pemilihan kepala desa (pilkades) itu, Adhi menjadi lawan Darno.

Meski hanya berperan sebagai “calon boneka” alias calon kades pelengkap, peran ayah tiga anak ini justru paling vital. Tanpa kehadirannya, Pilkades Glintang tak mungkin terselenggara.

“Aturannya kan minimal harus dua calon. Jadi saya  nyaman-nyaman saja disebut calon boneka,” ujar Adhi.

Adhi sadar sepenuhnya ia hanya sebagai calon pelengkap. Anggapan itu sama sekali tak membuatnya risih. Ia justru bangga karena bisa membantu ayah mertuanya menduduki kursi kepala desa secara sah. “Ketimbang melawan bumbung kosong,” terangnya.

Kisah calon boneka itu bermula sebulan lalu menjelang penetapan calon kades. Sang mertua, Darno, diam-diam menemui Adhi. Terjadilah percakapan panjang di sana. Intinya, Adhi diminta maju menjadi calon kades.

“Saya kaget sebab saya enggak mudeng sama sekali soal birokrasi. Tapi, saya akhirnya paham maksud bapak,” kisah pegawai swasta di bidang jasa konstruktor ini.

Kemenangan Darno memang sudah diprediksi jauh hari. Banyak pihak bahkan berseloroh Pilkades Glintang itu sebagai pemilihan paling damai dan paling adem. Tak ada kampanye, tak ada gesekan sosial, apalagi bagi-bagi uang.

“Saya sebenarnya dikasih jatah kampanye. Tapi tak saya gunakan,” ujar Darno, kades yang sudah pernah menjabat dua periode.

Lain Darno, lain pula cerita menantunya, Adhi. Pria asli Gumpang, Kartasura, Sukoharjo, ini justru mengampanyekan agar warga tak memilih dirinya. Ia meminta warga agar memilih ayah mertuanya.

“Bagaimana mungkin saya bisa menang melawan bapak. Bisa dapat 1% suara itu sudah bagus,” kelakarnya.

Di luar kebahagiaan sang mertua dan menantunya itu, suasana panas justru terjadi di luar balai desa. Sekitar 500 meter dari lokasi pemungutan suara, massa dari luar daerah Boyolali terlihat berdatangan.

Mereka berkerumun di tepi jalan sambil membagi-bagi uang pecahan seratus ribuan. Ada yang menumpang kendaraan berpelat Pati, Kudus, Jepara, Sidoharjo, dan daerah-daerah pantura lainnya.

Kapolsek Sambi, AKP Bambang Rusito, mengatakan mereka para botoh Pilkades Glintang. Mereka sengaja hadir untuk berjudi dengan memanfaatkan Pilkades Glintang. “Mereka warga luar Boyolali. Sudah saya dibubarkan, tapi kembali lagi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya