SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI — Sejumlah desa di Boyolali yang menyelenggarakan pemilihan kepala desa (pilkades) serentak 29 Juni mendatang akan menggunakan sistem e-voting (pemungutan suara secara digital atau elektronik).

Sistem itu termasuk baru dan belum familier bagi sebagian besar warga Boyolali. Warga kini menunggu sosialisasi penerapan sistem baru tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Seperti diketahui, dua desa di 21 kecamatan di Boyolali akan menerapkan sistem e-voting dalam Pilkades 29 Juni nanti. Sementara di Kecamatan Teras, sistem e-voting akan diterapkan di sembilan desa.

Warga yang tercantum sebagai pemilih di desa-desa dengan sistem e-voting tidak perlu lagi mencoblos surat suara. Sebagai gantinya, mereka cukup memilih lewat aplikasi daring dengan meng-klik salah satu cakades yang dipilih.

Dalam e-voting pilkades, panitia juga tidak akan menyediakan surat suara cadangan. Sistem pemilihan ini bebas dari kertas.

Penggunaan perangkat komputer untuk sistem e-voting pilkades ini ditanggapi beragam oleh warga. Warga Desa Sawahan, Ngemplak, Dewi Nur, 35, menilai penggunaan sistem e-voting merupakan langkah yang cukup maju.

Selain mempermudah sistem perhitungan, sistem elektronik juga diharapkan mampu meringkas waktu penyelenggaraan pilkades. Dewi berkaca pada sistem hitung manual di TPS saat pemilu beberapa waktu lalu.

Dia menilai hitung secara manual memakan waktu lama dan rawan terjadi kesalahan. “Yang paling ditakutkan adalah human error saat menghitung yang bisa berakibat pada ketidakpuasan salah satu pihak,” tutur Dewi ketika berbincang dengan Solopos.com, Minggu (19/5/2019).

Desa Sawahan menjadi salah satu desa yang akan menyelenggarakan e-voting dalam pilkades mendatang. Warga Sawahan lainnya, Ngadiyono, 58, menambahkan sistem e-voting barangkali bakal menjadi kendala tersendiri bagi generasi seusianya.

Buruh tani yang mengaku tak mengantongi ponsel pintar ini berharap ada pelatihan khusus sebelum pelaksanaan pilkades. “Terutama bagi orang-orang tua yang tidak kenal komputer,” imbuhnya.

Pilkades dengan sistem e-voting akan menjadi pengalaman pertama bagi Ngadiyono bersentuhan dengan teknologi komputer lantaran dia bukan digital native. Ngadiyono belum mendengar kabar desanya akan menggelar pilkades dengan sistem elektronik.

Ngadiyono berharap ada sosialisasi secara langsung dari pemerintah desa kepada warga. Sosialisasi tersebut tak sebatas teori namun warga diberi kesempatan praktik secara langsung layaknya pemilu sungguhan.

“Misalnya kita dihadapkan pada komputernya lalu dijelaskan mana saja yang harus diklik jika mau pilih salah satu calon, lalu jika klik sudah selesai akan muncul tanda seperti apa, apakah dengan tulisan atau warna yang berubah,” kata dia.

Terpisah, salah satu warga Desa Potronayan, Kecamatan Nogosari, Siti, 50, justru khawatir apabila pilkades menggunakan sistem elektronik malah akan membingungkan sehingga proses memilih menjadi semakin lama. Desa Potronayan juga akan menyelenggarakan e-voting pada pilkades nanti.

“Kalau coblos kan sudah seperti biasa, kalau dengan komputer nanti berpikir dulu bagaimana caranya, semoga diajari sekali tidak lupa,” kata dia.

Sementara itu, perangkat Bidang Penyaringan dan Penjaringan Pilkades Desa Sawahan, Eko Kusyanto, memastikan akan ada sosialisasi terkait pelaksanaan e-voting pilkades oleh Pemkab Boyolali. “Iya ada sosialisasinya tinggal tunggu jadwal saja,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya