SOLOPOS.COM - ilustrasi judi

Pilkada Sragen, botoh pendukung pasangan Amanto mempersiapkan dana miliaran rupiah.

Solopos.com, SRAGEN–Botoh pendukung pasangan Agus Fatchur Rahman-Djoko Suprapto (Amanto) berani menyiapkan dana miliaran rupiah untuk menghadapi para botoh yang mendukung pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Dedy Endriyatno (Yuni-Dedy).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi yang diterima Solopos.com, ada lebih dari 20 orang botoh yang berspekulasi dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) di Bumi Sukowati. Mereka bermain dengan menggunakan jasa calo atau pengepul atau pihak ketiga untuk menghindari bidikan polisi.

Seorang botoh yang mengaku pendukung Amanto, Wan, 41, sudah memiliki cukong dengan dana miliran rupiah. Dia siap menerima berapa pun taruhannya asalkan taruhan itu dipegang orang ketiga yang bisa dipercaya.

“Tadi pagi ada orang saya yang menyampaikan tantangan taruhan Rp100 juta untuk kemenangan Yuni-Dedy di Sragen Kota. Saya menyanggupi tantangan itu. Tapi saya cari sampai siang tadi juga tidak ada. Saya menunggunya sampai sore nanti,” katanya kepada Solopos.com, Rabu (18/11/2015).

Dia mengatakan ada yang menantang glek-glekan ketika dikejar orangnya tidak ada. Dia sebenarnya ingin mencari botoh yang benar-benar murni bukan sekadar bicara saja.

“Mereka mau jual berapa pun pasti saya beli. Saya tidak mau bila hanya permainan politik. Saya curiga banyaknya botoh di Sragen itu memang didatangkan hanya untuk membuat suara,” katanya.

Sementara itu, botoh yang mengaku jadi tim sukses Yuni-Dedy asal Sukodono yang enggan disebut namanya menyatakan tidak ada botoh yang berani dengan tantangannya.
Dia berani menerima tantangan siapa pun asalkan uangnya benar-benar ada. Beberapa hari lalu, dia mendapat kabar ada yang berani pasang Rp100 juta untuk selain Yuni-Dedy dari botoh asal Pati yang berada di Sumberlawang.

“Saya kejar ke sana ternyata tidak ada. Saya hanya bertemu calo-calo itu. Para botoh itu tidak berani bermain langsung tetapi lewat orang ketiga. Hla itu ada kepala sekolah yang jadi pengepul segala. Kemudian di Gesi juga muncul tantangan serupa tetapi ketika saya cari ternyata sudah menghilang,” ujarnya saat bertemu Solopos.com, Rabu siang.

Dia menyampaikan dalam transaksi botoh tidak ada yang membawa uang tunai. Biasanya mereka mainnya nominal di rekening bank. Dia pun melakukan pola yang sama.

“Kalau benar-benar nantang ya tunjukkan rekeningnya. Jadi benar-benar ada uangnya. Kalau hanya ngomong ya buat apa. Jadi tidak ada yang sampai pasang taruhan miliaran rupiah. Kalau kecil-kecil banyak, Rp2 juta-Rp5 juta banyak. Itu ada yang minta bantuan saya untuk mencarikan musuh,” katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen, Ngatmin Abbas, mengatakan perilaku botoh tidak akan berdampak pada jalannya proses pilkada. Wewenang KPU, kata dia, hanya menjamin pelaksanaan tahapan pilkada berjalan lancar sesuai jadwal dan aturan. “Saya kira botoh itu tidak berkorelasi langsung terhadap kualitas pilkada. Kualitas pilkada itu kan diukur dari tingkat partisipasi pemilih,” kata Ngatmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya