SOLOPOS.COM - Kulanuwun Teguh Prakosa (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO -- Teguh Prakosa adalah satu-satunya calon wakil wali kota (cawawali) yang diusulkan DPC PDIP Solo kepada DPP PDIP. Eks guru Olahraga SMK Bhineka Karya Solo itu dipasangkan dengan Achmad Purnomo sebagai cawali.

Berikut wawancara wartawan Solopos, Kurniawan, dan penyiar Radio Solopos FM, Ika Wibowo, dengan Teguh Prakosa, Selasa (7/1/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Siapa sosok Teguh Prakosa?

Saya orang biasa saja yang kagum dengan sosok Bung Karno dan Megawati Soekarnoputri sehingga menjadi kader PDIP sampai sekarang. Dulu saya guru Olahraga. Mengajar sekitar 25 tahun di SMK Bhineka Karya di Sumber, Solo. Sebagai guru swasta, menjadi anggota parpol kan tidak dilarang.

Ekspedisi Mudik 2024

Kenapa tertarik dengan dunia politik?

Dalam pikiran saya, urip itu urup, hidup itu menyinari sehingga hidup harus bermanfaat bagi orang di sekitar. Bila hidup tidak bermanfaat, hidup ya percuma saja. Di bidang pendidikan pengabdian, di parpol juga melebihi pengabdian. Itu kepuasan batin saya.

Kapan Anda memulai terjun ke dunia politik?

Tahun 1989. Saat dulu strukturnya masih bernama koordinator desa. Saya mulai dari PDIP masih menggunakan lambang segi lima, hingga sekarang menjadi banteng bulat. Sudah berkisar 30 tahun. Paling tidak saya di bawahnya Pak Ketua DPC PDIP Solo.

Sudah siap pegang jabatan eksekutif?

Di PDIP tidak ada kata tidak siap. Karena waktu pertama dipanggil Ketua DPC PDIP Solo diminta maju [pemilihan anggota] DPRD, saya laksanakan. Sekarang ada perintah dari seluruh PDIP Solo, tanggung jawab moral bagi saya, diberi tugas bisa saya laksanakan sebaik-baiknya.

Bagaimana tangapan konstituen?

Di DPRD itu tentang politik anggaran. Bagaimana penganggaran itu untuk lebih kepada meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakannnya di Pemkot. Pengalaman di DPRD bisa menjadi bekal untuk bergeser ke eksekutif. Saya kira ini tantangan.

Apa yang memantapkan anda berpasangan dengan Achmad Purnomo?

Saya kira tidak ada kata memilih. Saat rekan-rekan kader menyampaikan saya harus mendampingi Pak Purnomo tidak ada pilihan lain. Saya tidak membayangkan ke situ juga. Ini panggilan tanggung jawab besar yg harus saya lakukan.

Pilkada Solo menyita perhatian nasional, setuju?

Mungkin itu pandangan media, juga masyarakat. Tapi munculnya pandangan itu tidak tiba-tiba. Ada sosok-sosok yang kemunculannya membuat Pilkada Solo rasa Pilpres. Tapi saya kira bagi kami biasa-biasa saja. Politik itu sangat dinamis.

Anak presiden ikut rebutan rekomendasi, apakah ada optimistis dapat rekomendasi?

Kami di partai dididik untuk selalu optimistis dalam segala hal, dalam berbagai posisi, dalam tugas apa pun. Optimistis bisa menyelesaikannya. Bagaimana restu Ketua Umum PDIP jatuh kepada kami? Ini tidak bisa dipersentase. Butuh kearifan Ibu Ketum untuk memandang Solo seperti apa. Harus bisa melihat sejarah Solo seperti apa. Peningkatan suara partai, penataan struktur partai, harus jadi pertimbangan Ketum. Semua harus menghormati. Semua harus kita jalankan. Kami terima semua.

Teguh Prakosa (ketiga dari kiri) saat berkunjung ke Solopos, Selasa (7/1/2020). (Solopos/M/ Ferri Setiawan)
Teguh Prakosa (ketiga dari kiri) saat berkunjung ke Solopos, Selasa (7/1/2020). (Solopos/M/ Ferri Setiawan)

Kapan rekomendasi turun?

Kalau saya baca berita, dalam Rakernas 9 Januari 2020 hingga 12 Januari 2020 atau Ultah ke-47 PDIP, dari 271 Pilkada se-Indonesia, kalau tidak salah ada 40 yang akan diumumkan. Apakah Solo masuk, saya kira itu masih pertimbangan betul-betul harus bisa membaca poltiik di Solo.
Kalau kami inginnya lebih cepat lebih baik. Maka persiapan lebih panjang, bisa menentukan capaian persentasenya. Karena posisi rekomendasi lebih awal. Bila rekomendasi H-1 atau H-2 berarti pergerakannya tinggal sisa waktu. Tapi apa pun, siap tidak siap, maka dari sekarang siapa pun, semuanya, dari semua calon semuanya ingin. Maka harus ada persiapan. Kami persiapan. Setelah itu, tunggu rekomendasi.

Tanggapan pesaing di internal bagaimana?

Saya kira bukan pesaing. DPP, Ketua Umum lebih bijak untuk melihat siapa yang pas dan pantas jadi calon. Itu saja. Jadi bagi PDIP mau 10 mau 12 berapa pun saya kira hasilnya kan akan ada beberapa tahapan. Kemarin fit and proper test, nanti ada psikotes, tes terulis, tes wawancara, dan sekolah kepala daerah. Tahapan-tahapan pada akhirnya Ketum akan menentukan.

Bila tak dapat rekomendasi, apakah Anda siap memenangkan pasangan cawali-cawawali yang diusung PDIP?

Kami partai yang sudah dididik, ditempa, siap-siap itu di tingkatan masing-masing sudah ada. Keputusan akhir adalah DPC PDIP. Kita lihat saja keputusannya seperti apa. Siapa pun yang akan diberi rekomendasi, sikap DPC PDIP ditentukan Ketua. Kami tunggu perintah saja nanti.



Survei Gibran diklaim naik, ada tanggapan?

Ya hal yang biasa, tidak ada yang istimewa. Bagi saya, Pak Purnomo itu kan incumbent dari wakil menjadi cawali. Artinya kalau yang lain belum pernah jadi apa-apa, ya biasa lah. Bahwa mereka harus mengejar itu ya kan tanggung jawab masing-masing saja.

Target suara Purnomo-Teguh bisa mencapai 82 persen?

Kalau bicara PDIP kan suaranya 62 persen, standar minimal. Tugas partai memperingatkan teman-teman fraksi. Selain itu Pak Purnomo punya basis dari partai-partai pendukung yang sudah firm kepada PDIP. Ini kami hitung. Kami tidak muluk-muluk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya