SOLOPOS.COM - F.X. Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo. (JIBI/Solopos/Dok.)

Pilkada Solo 2015 dari PDIP mengusung pasangan petahana Rudy-Purnomo.

Solopos.com, SOLO — Pasangan calon petahana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Solo berada di atas angin dalam konstelasi politik menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) 2015.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keberuntungan PDIP tersebut menyusul adanya keputusan rekomendasi DPP PDIP untuk pasangan F.X. Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo sebagai calon wali kota (cawali) dan calon wakil wali kota (cawawali).

Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPC PDIP Solo pun berani menaikan target pemenangan pilkada dari 65% menjadi 80% suara. Pengamat politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Supriyadi, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (26/6/2015), menilai posisi PDIP diuntungkan dengan keputusan DPP yang merekomendasi pasangan calon petahana.

Apalagi PDIP, kata dia, memiliki struktur partai yang kuat dengan didukung militansi kader yang tinggi dan mesin partai yang berjalan baik. Supriyadi melihat peta politik di Solo berbeda dengan Sukoharjo dan Boyoali mengingat Solo menjadi baromater politik nasional.

Dia berpendapat peluang Koalisi Solo Bersama (KSB) nyaris tidak bisa mengimbangi kekuatan PDIP. Dia melihat PDIP berlari sangat jauh dan KSB tertinggal di belakang.

“Artinya, KSB harus memiliki nilai lebih untuk mengimbangi PDIP. Kondisi KSB yang terkesan rapuh membuat PDIP berada di atas angin. Pasangan calon petahana berpotensi memenangkan pilkada,” kata dia.

Namun Supriyadi menemukan kelemahan di PDIP setelah DPP memutuskan rekomendasi cawawali kepada Achmad Purnomo. Dia menilai penunjukkan Achmad Purnomo sebagai pendamping Rudy ternyata bukan berdasarkan hasil penjaringan cawawali karena Purnomo mendaftar ke DPC PDIP Solo sebagai cawali yang bersaing dengan Rudy.

“Struktur PDIP harus bisa menjelaskan ke publik tentang proses rekomendasi cawawali yang seolah mengesampingkan empat cawawali yang ada. Kalau ada proses mekanisme yang dijalankan dan dilanggar maka hal itu akan menjadi titik lemah PDIP. Secara politis memang Achmad Purnomo paling ideal bila dibandingkan empat cawawali lainnya. Titik lemah itu akan berpengaruh pada opini publik,” kata Supriyadi.

Dia memprediksi pengaruh terhadap mekanisme rekomendasi cawawali terhadap persepsi publik relatif kecil kurang 10%. Namun kelemahan tersebut, sambung dia, bisa dimanfaatkan KSB untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya