SOLOPOS.COM - Ilustrasi pilkada langsung (JIBI/Dok)

Pilkada Solo 2015 bakal seru dengan munculnya kandidat tangguh.

Solopos.com, SOLO — Pertarungan F.X. Hadi Rudyatmo dan Anung Indro Susanto dinilai bakal seru dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Solo 2015. Peluang munculnya calon boneka di antara kedua kompetitor itu pun diprediksi tipis karena pintu masuknya terbatas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Untuk diketahui, F.X. Hadi Rudyatmo (Rudy) akan mengendarai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang juga didukung Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Sementara Anung berangkat dengan gerbong besar Koalisi Solo Bersama (KSB) yang terdiri atas gabungan enam partai politik (parpol), yakni PAN, Gerindra, Golkar, PKS, Demokrat, dan PPP.

Pengamat politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto, melihat peluang calon boneka di PDIP hampir tidak terjadi berdasarkan konstelasi politik terakhir.

Ekspedisi Mudik 2024

Agus berani berspekulasi kemenangan ada di pihak Rudy karena merupakan figur berpengaruh di Solo dengan basis massa PDIP yang kuat.

Agus menilai dinamika di internal KSB yang masih tarik ulur menunjukkan posisi Rudy sangat diperhitungkan bagi calon KSB.

“Praktis tidak ada faksi di PDIP dan basis akar rumputnya pun kuat. Buktinya PDIP bisa menguasai parlemen dengan 24 kursi. Calon boneka itu cenderung ada di KSB. Posisi mereka sebagai kapal membutuhkan materiil yang besar dalam pilkada. Daripada kalah tidak terhormat ya lebih baik ikut bermain. Indikasi itu saya baca dari perkembangan dan dinamika di KSB yang terlihat tidak cukup serius,” kata mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen itu.

Kalau KSB serius, kata Agus, penentuan calon itu ya secepatnya. Ketika rapat KSB kemudian ada yang absen itu, kata dia, menunjukkan pertanyaan dan barisan itu tidak solid. Dia menduga jangan-jangan ada permainan dua kaki.

“Saya kira pemenang pilkada sudah bisa ditebak kalau tidak terjadi kejadian luar biasa. Bandingkan Pak Rudy itu sosialisasi lebih dari sembilan tahun sejak awal mendampingi Pak Jokowi [Joko Widodo]. Kalau sosialisasi Anung hanya tinggal enam bulan ke depan. Jadi agak sulit untuk melawan sosok yang sembilan tahun bersosialisasi, kecuali bila bisa membuat publik kaget dengan figur baru dan terbawa arus emosi perjuangannya,” kata dia.

Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Aidul Fitriciada Azhari, juga berpandangan tidak ada kandidat lain yang bisa jadi kompetitor tangguh bagi Rudy.

Untuk memenuhi persyaratan formalitas, ujar dia, hanya skenario politik calon boneka yang memungkinkan. Munculnya calon boneka itu, bagi dia, banyak terjadi dan terpola di tingkat desa dan sangat memungkinkan terjadi di pilkada karena tidak mungkin ada kotak kosong.

”Saya kira kalau pintunya dari mana itu soal deal politik. KPU hanya melihat syarat administrasi yang harus fixed. Wilayah KPU itu ya prosedural. Yang sifatnya subtansif bukan wilayah KPU. Ada juga kemungkinan tiga calon. Satu calon di antaranya digunakan untuk memecah suara. Saya menduga itu terjadi. Strategi itu bisa saja digunakan incumbent untuk memperlemah saingannya,” tutur dia.

Pilkada tinggal enam bulan ke depan. Dia memprediksi bila tidak memungkinkan adanya kompetitor kuat maka praktis strategi itu dipakai. Dia mengatakan hasil pilkada ke depan masih dinamis namun PDIP diuntungkan mengingat Presiden Jokowi berangkat dari PDIP.

“Pertanyaannya Jokowi Effect masih kuat enggak? Pak Rudy ini kan dari kalangan minoritas membutuhkan keseimbangan keterwakilan dari mayoritas. Hal itu memberi pengaruh pada pilihan. Di sisi lain ada birokrat dan politisi. Perpaduan dua hal itu penting agar tidak menimbulkan resistensi dari bawah,” kata Aidul.

Sementara itu, Komisioner Divisi Hukum, Pencalonan, dan Kampanye KPU Solo, Nurul Sutarti, menyatakan pintu masuk calon boneka tinggal lewat parpol atau gabungan parpol yang memenuhi persyaratan 20% jumlah kursi atau 25% dari jumlah suara sah pemilu legislatif (pileg) 2014.

Pintu jalur independen, kata Nurul, sudah tertutup dan terlambat karena momentumnya lewat.

“Peluang calon boneka itu tipis. PDIP meskipun dari jumlah suara memungkinkan mengusung dua pasangan calon tetapi hanya bisa mengusung satu pasangan calon. Di KSB, posisi Golkar dan PPP belum jelas. Kepengurusan Gerindra Solo juga masih dipertanyakan. Gabungan tiga parpol itu hanya delapan kursi dan tidak memenuhi syarat untuk mengusung, kecuali Hanura bergabung,” ujar Nurul.

Nurul menilai kekuatan KSB sebagai pengusung pasangan calon tinggal di Demokrat, PAN, dan PKS. Kecuali Gerindra bisa menyelesaikan admistrasi struktur DPC sebelum batas akhir pendaftaran calon. “Saya kira peluang tiga pasangan calon itu berat. Yang ada hanya head to head,” tambah dia yang juga dibenarkan Ketua KPU Solo, Agus Sulistyo.

Agus mengatakan peta politik sekarang berbeda karena sudah ada nama calon wali kota (cawali) dan masing-masing kekuatan tinggal menentukan calon wakil wali kota (cawawali).

“Saat belum ada calon sama sekali masih memungkinkan dengan hitungan tiga calon,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya