SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemungutan suara (JIBI/Solopos/Antara)

Pilkada Solo 2015 diwarnai protes warga yang terganggu dengan seragam merah yang dipakai Kader Juang dan Guraklih.

Solopos.com, SOLO – Seorang warga di tempat pemungutan suara (TPS) XVI, Tipes, Serengan sempat memprotes sejumlah Kader Juang dan Regu Penggerak Pemilih (Guraklih) yang mengenakan seragam warna merah. Kejadian itu sekitar pukul 08.00 WIB, Rabu (9/12/2015).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut Ketua Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) Serengan, Poppy Kusuma, TPS tersebut menjadi pantauan kepolisian karena dianggap rawan konflik.

“Awalnya memang ada sejumlah polisi yang berjaga di TPS itu dan sempat terjadi sedikit permasalahan karena ada warga yang terganggu dengan seragam merah yang dikenakan Kader Juang dan Guraklih. Kami lalu meminta PPL [pengawas pemilu lapangan] wilayah Tipes untuk datang menyelesaikan masalah. Akhirnya, Kader Juang dan Guraklih diminta ganti pakaian yang netral,” katanya saat ditemui  di Kecamatan Serengan.

Sementara, berdasarkan pantauan di TPS XVI, hanya saksi yang mengenakan seragam warna merah. Sedangkan Kader Juang dan Guraklih mengenakan baju batik dan kaus.

“Kami dapat info dari Ketua Anak Ranting 13 PDIP [Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan] Tipes untuk mengganti baju. Tadi, kami sempat menggunakan seragam warna merah, tetapi sekitar pukul 08.00 WIB, kami diminta ganti baju yang netral, kecuali saksi di dalam TPS,” kata salah satu Kader Juang yang berada di TPS itu, Mulyadi, 63.

Sementara, Ketua Anak Ranting 13 PDIP Tipes, Sarno, menyatakan ada informasi dari sesama kader partai untuk mengenakan pakaian yang netral, kecuali saksi di dalam TPS.

“Daripada ada permasalahan di lapangan, lebih baik kami ganti baju saja yang lebih netral,” ujarnya. Ia menambahkan di satu TPS ada sekitar 14 orang Kader Juang dan Guraklih yang berjaga.

Di sisi lain, Poppy mengaku juga mendapat laporan dari PPL di wilayah Serengan jika ada warga mengenakan kaus bergambar pasangan calon (paslon) nomor dua. PPL yang saat itu memantau di lapangan lalu menegur warga itu untuk mengganti baju atau menutupnya dengan jaket.

“Di Joyotakan juga ada laporan jika salah satu Guraklih mengecek undangan pemilih. Tapi, PPL setempat sudah mengingatkannya. Intinya, kami melakukan pendekatan persuasif untuk menjaga kondusivitas,” imbuh Poppy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya