SOLOPOS.COM - Pasangan Zuhadmono Azhari dan BRAy Iriani Pramastuti serta Hasto Wardoyo dan Sutedjo menunjukkan hasil pengundian nomor urut pasangan calon bupati dan wakil bupati untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2017 di aula kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kulonprogo, Selasa (25/10/2016). (Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)

Pilkada Kulonprogo dimeriahkan dengan tiga kali debat para calon buati dan wakil bupati

Harianjogja.com, KULONPROGO- Debat final pasangan calon bupati dan wakil bupati Kulonprogo digelar pada Minggu (5/2/2017) petang. Dalam sesi debat ketiga ini, kedua paslon tidak memberikan program konkret untuk sejumlah permasalahan di Kulonprogo termasuk pertanahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Iranda Yudhatama, Direktur Swara Nusa Institut yang hadir sebagai tim perumus dalam debat tersebut mengatakan kedua calon tidak memberikan paparan solusi yang spesifik.

Terkait isu keistimewaan Jogja yang juga diangkat, menurutnya hanya aspek kebudayaan yang sempat dibicarakan. “Ranah pertanahan di Kulonprogo malah sama sekali tak tersentuh,” jelasnya ditemui usai debat.

Isu tersebut padahal dinilai krusial karena di Kulonprogo sendiri memiliki banyak lahan berstatus PAG dan menghindari adanya konflik. Iranda menjelaskan seharusnya ada pendapatan mengenai bagaimana sinergi antara pemerintah kabupaten dan provinsi mengenai peta pertanahan di Jogja.

Luputnya pembahasan akan isu pertanahan ini menurutnya salah satu dampak dari minimnya waktu. Pertanyaan akan isu keistimewaan mencakup kebudayaan dan pertanahan juga dijadikan satu.

Debat terakhir dalam gelaran Pilkada Kulonprogo 2017 ini juga diwarnai dengan indikasi pelanggaran oleh pasangan calon nomor 1 yakni Zuhadmono dan Iriani. Pasalnya, kedua paslon dan tim menggunakan pin simbol di atas panggung dan sempat menyanyikan yel-yel di penutup acara.

Hal ini diungkapkan oleh Sukiratnasari, Wakil Ketua Komisioner Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jogja. “Sangat disayangkan masih ada pin dan yel-yel tadi,” urai dia.

Dari sisi lain, ia juga menyayangkan pembagian waktu yang kurang proporsional oleh kedua paslon tersebut. Hasto cenderung lebih dominan dan menghabiskan waktu sendiri meski didampingi oleh Sutedjo. Sementara Iriani membabat habis semua sesi bicara untuk dirinya sendiri meski sempat menyampaikan maaf bahwa Zuhadmono sedang mengalami radang tengggorokan.

Dikatakan jika pembagian waktunya lebih berimbang maka masyarakat akan jauh lebih tahu kapasitan masing-masing calon. Dengan hadir bersamaan, masyarakat juga seharusnya bisa memahami bagaimana kedua pemimpin daerah tersebut bekerja sama memecahkan permasalahan masyarakat.

Tamyus Rochman, Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kulonprogo mengatakan akan mengkaji persoalan yel-yel dan pin tersebut. Ia menyebutkan jika kedua paslon sebenarnya sudah dibekali dengan larangan dan imbauan sebelum acara dimulai.

Panwaslu sendiri mendapati pin masih dikenakan ketika acara sudah dimulai dan menyampaikannya ke KPU. “Suasananya sudah seperti itu [siaran langsung], tidak bisa dihentikan,” kata Tamyus.

Debat yang dimoderatori oleh Hairus Salim dari Yayasan Lkis ini mengangkat sejumlah permasalahan makro di Kulonprogo antara lain kekerasan di kalangan remaja, dampak pertambangan andesit dan pasir Progo, dan pembangunan selaras lingkungan.

Seperti sebelumnya, Hasto hanya cenderung mengingatkan publik akan program yang telah dijalankan 5 tahun belakangan tanpa inovasi berarti. Sementara kubu Iriani dan Zuhadmono terkesan kurang harmonis dan tanpa masukan nyata untuk tema-tema yang diangkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya