SOLOPOS.COM - Debat publi antara kedua calon bupati Kulonprogo digelar KPU Kulonprogo pada Minggu (22/1/2017). (Foto istimewa/dokumen)

Pilkada Kulonprogo masuk tahap debat terbuka

Harianjogja.com, KULONPROGO-Debat publik bagi calon bupati Pilkada Kulonprogo yang digelar pada Minggu (22/1/2017) minim kesan berarti. Kedua calon sama-sama tak menyampaikan program yang konkret dan mengena untuk permasalahan yang ada di Kulonprogo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Debat publik digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kulonprogo dengan 3 tema. Tema yang diangkat yang antara lain pemerintah dan desa, transparansi, anti korupsi; pembangunan ekonomi daerah; dan kebijakan sosial. Debat dipandu oleh Direktur IRE Jogja, Sunaji Zamroni sebagai moderator dan terbagi dalam beberapa segmen.

Acara diawali dengan penyampaian visi dan misi dari kedua calon kepala daerah tersebut. Berdasarkan pantauan Harianjogja.com, Zuhadmono, yang mengenakan pakaian berwarna putih dan peci, menyampaikan visi dan misinya yang menitikberatkan pada peran aktif desa dalam pembangunan daerah.

Sementara Hasto Wardoyo, yang mengenakan beskap berwarna merah, kain, dan blangkon menekankan pentingnya inovasi guna menangkal kemajuan teknologi yang belum mampu dijangkau Kulonprogo.

Sayangnya, Zuhadmono menyampaikan visinya sebagian besar dengan membaca teks yang ada di hadapannya. Sementara Hasto cenderung sekedar mengulang program-program lama yang telah dilaksanakan selama masa pemerintahannya sebelumnya. Namun, sindiran dan kritikan antara keduanya juga sempat terlontar dalam debat berdurasi 1,5 jam ini.

Hal ini ditunjukkan ketika Zuhadmono mempertanyakan kawasan industri yang telah berjalan 5 tahun dan tak ada kemajuan berarti. “Padahal merupakan rintisan dari bupati lama [Toyo Santoso Dipo],” ujarnya dalam tanggapan akan jawaban Hasto mengenai kemajuan yang dilakukan dalam sektor investasi.

Seakan tak mau kalah, Hasto juga mempertanyakan masukan Zuhadmono untuk sistem manajemen aset yang harus diterapkan. Tantangan tersebut dijawab Zuhadmono dengan penyampaian akan sistem perencanaan yang harus matang.

“Saya rasa Pak Zuhadmono belum menjawab pertanyaan saya,”ujar Hasto. Meski bibit perdebatan sempat muncul namun tak ada kelanjutan berarti anatar kedua calon ini.

Selama debat, Zuhadmono cenderung kehabisan kata dan menyisakan durasi waktu yang disediakan oleh panitia untuk menyampaikan visinya. Ia juga tak banyak menyebutkan program-program konkret yang akan dilakukan untuk memajukan Kulonprogo.

Di sisi lain, Hasto seringkali kehabisan waktu untuk menyampaikan visinya. Calon yang diusungkan PDI Perjuangan ini hanya mengingatkan publik atas capaian Kulonprogo selama masa pemerintahnya. Sama sekali tak ada program baru maupun rencana baru yang dipaparkan.

Komisi Informasi Daerah DIY, Warsono menilai debat melenceng jauh dari permasalahan utama yang ada di masyarakat Kulonprogo. Jawaban serta pendapat yang diuraikan tidak menyentuh masalah global serta apa yang menjadi problema masyarakat saat ini.

Suasana debat juga terlalu datar dan tidak meneunjukkan persaingan panas antara keduanya. “Tanya-jawabnya pun seperti sekedar normatif saja,”ujarnya dihubungi usai menyaksikan acara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya