SOLOPOS.COM - ?Dosen Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Lukas Ispandriarno (Dua dari kanan) bersama kontestan pilwalkot Jogja, Achmad Fadli (paling kiri) Imam Priyono (dua dari kiri) dan Heroe Poerwadi (paling kanan) di UAJY. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Pilkada Jogja untuk jumlah golput diperkirakan tinggi.

Harianjogja.com, JOGJA — Dosen Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Lukas Ispandriarno mengatakan hasil survei yang dilakukan mahasiswanya pada periode 21 Oktober-2 November dengan sasaran masyarakat umum dan pemilih pemula yang memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Kota Jogja, diketahui ketidakyakinan warga terhadap pemimpin terpilih.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari hasil survei 70 responden masyarakat umum usia 18-75 tahun, sebagian besar menilai negatif terhadap kondisi keamanan Jogja, transportasi, penegakan hukum, korupsi, dan intoleransi. Hanya dari sisi kebersihan kota warga Jogja yang menilai positif.

Lukas menilai salah satu yang menjadi sorotan juga soal pembangunan hotel yang marak. Meski sudah ada upaya moratoium pembangunan hotel, namun pembangunan hotel terus bermunculan sehingga menimbulkan pertanyaan warga terkait kredibilitas dan komitmen pemerintah.

Lalu, soal city of toleranse atau kota toleransi yang sering didengung-dengungkan. Menurutnya, city of tolerance sangat terkait dengan kekuasaan, “enggak bisa dibilang Jogja city of tolerance tapi pemerintah tidak melakukan apa-apa dalam kontek kekuasaannya,” ujar Lukas, seusai menjadi pengarah diskusi bersama pasangan calon walikota dan wakil walikota Jogja, di kampus UAJY, Jalan Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Rabu (30/11/2016).

Hasil pemaparan yang disampaikan kedua pasangan calon walikota dan wakil walikota Jogja dinilai tidak ada yang baru. Lukas justru menilai kedua pasangan calon tersebut hanya mengkritisi pemerintahan kota Jogja yang sebenarnya sedang mereka pimpin, yang seharusnya melakukan sesuatu.

Diketahui kedua pasangan calon walikota dan wakil walikota merupakan petahana. Haryadi Suyuti merupakan walikota Jogja non aktif, Imam Priyono wakil walikota Jogja non aktif, dan Achmad Fadli adalah asisten pemerintahan dan kesejahteraan rakyat Pemerintah Kota Jogja yang mengundurkan diri karena ikut pilwalkot.

Lukas menambahkan, ada juga warga Jogja yang tidak mengenal pasangan calon walikota dan wakil walikot. Ia mengkritisi lemahnya partai politik dalam melakukan kaderisasi dan pendidikan politik. Partai hanya mendekati warga hanya saat hajatan pemilu.

Janji Paslon

Sementara Calon Wakil Walikota Nomor Satu, Achmad Fadli berjanji dalam pemerintahannya nanti tidak akan membangun hotel, melainkan memperbanyak home stay dan wisma yang dikelola masyarakat. Wisatawan akan diarahkan ke kampung-kampung agar bisa mendongkrak industri rumahan.

Calon Wakil Walikota Nomor Dua, Heroe Poerwadi berjanji komitmen memperbanyak ruang terbuka hijau sebagai ruang aktivitas masyarakat. Ruang terbuka hijau dan taman akan diperluas sampai tingkat kampung. Ia juga akan menekankan setiap pembangunan mesti menyediakan sumur resapan untuk menjaga ketersediaan air.

Dalam hal transportasi, kedua pasangan calon ini sama-sama akan mengupayakan adanya bus sekolah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga bisa mengurangi kemacetan.

Sebelumnya Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Jogja, Wawan Budianto menargetkan dalam Pilwalkot Jogja partisipasi pemilih sebesar 67,5 persen dari total pemilih. KPU baru akan menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) pada 6 Desember mendatang. Namun, Daftar pemilih sementara (DPS) saat ini sebanyak 303.034 pemilih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya