SOLOPOS.COM - Sujiwo Tejo tampil dalam talk show di Solopos FM, Selasa 11/4/2017 (/JIBI/Solopos TV/Aji Tulus Pamungkas)

Budayawan, penulis, dan musisi Sujiwo Tejo angkat bicara soal kondisi politik dan masyarakat Indonesia.

Solopos.com, SOLO – Budayawan Sujiwo Tejo mengunjungi Griya Solopos, jalan Adi Sucipto, 190, Solo, Selasa (11/4/2017). Sembari mempromosikan acara bedah buku Tuhan Maha Asyik, Sujiwo Tejo sempat angkat bicara mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Obrolan mengenai politik dimulai dengan pembicaraan tentang berita kontroversial terkait putaran pertama Pilkada DKI Jakarta yang membawa-bawa nama seniman yang akrab disapa Mbah Tejo ini. Dalam berita yang dimuat salah satu berita online nasional, Mbah Tejo disebut-sebut mendukung salah satu pasangan.

“Sebetulnya berita itu banyak dipelintir, Saya enggak pernah ngomong soal paslon berapa, saya hanya menyatakan tinggal dua paslon, tidak pernah menyebut nomor paslon secara spesifik,” tegas Mbah Tejo kepada Solopos.com. “Itu beritanya berasal dari tweet, saya enggak pernah ngomong nomer berapa, tapi tinggal dua paslon,” tambahnya.

Mengenai riuhnya dukungan terkait putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, Mbah Tejo menyayangkan banyak orang yang pikirannya sempit. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pertikaian karena Pilkada. “Yang saya catatkan dari Pilkada ini, kok kita jadi sesempit itu, banyak pertemanan yang jadi kacau gara-gara Pilkada,” ucap Mbah Tejo.

Penulis buku Ngawur Karena Benar itu mengungkapkan sekarang ini banyak dukungan membabi buta pada salah satu calon. Parahnya, dukungan itu berasal dari intelektual yang seharusnya bisa berimbang dalam bersikap.

“Kalau masyarakat biasa, mendukung salah satu paslon dengan membabi buta, saya bisa mengerti. Tapi celakanya banyak  intelektual yang seperti itu. Misalnya, yang mendukung Pak Ahok membabi buta, apapun kebaikan Pak Anies tidak dimunculkan. Sebaliknya, yang mendukung Pak Anies, apapun kebaikan Pak Ahok enggak dimunculkan, Masa iya jadi orang enggak punya sisi baik,” jelas Mbah Tejo.

Sujiwo Tejo juga mengeluhkan contoh yang dia jelaskan itu kini banyak sekali beredar di media sosial (medsos). Hal itu ia sebut kondisi yang menggelikan, tak seharusnya seorang intelektual yang dikenal banyak orang mendukung salah satu pihak secara membabi buta.

Penulis yang identik dengan topi koboinya itu juga membahas kampanye gelap. “Sekarang ini kampanye gelap, kesan aku kayak maling teriak maling. Yang sana menuduh kampanye gelap, sisi lain menuduh kampanye gelap. Hingga kampanye gelap dengan cara menjatuhkan pihak sendiri. Jadi kok gimana ini?” tambah penulis buku Lupa Indonesa itu.

Di akhir wawancara, Mbah Tejo menegaskan dalam menanggapi Pilkada itu jangan melihat ras, Tiongkok atau Arab sama-sama membangun budaya Indonesia. “Menurutku begini, Pilkada itu jangan melihat Cina sama Arab, karena semua warga kita. Bangsa ini tidak bisa dipisahkan dari Arab. Serapan bahasa Indonesia dari Arab itu banyak. Tapi jangan dilupakan, peran Cina di kebudayaan Indonesia juga sudah banyak,” tegas Mbah Tejo.

Terakhir, Sujiwo Tejo memberi saran bagi yang akan menjadi pemilih dalam Pilkada. Ia berharap pemilih memfokuskan pilihan bagi calon yang dianggap paling menggambarkan pancasila.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya