SOLOPOS.COM - Basuki Tjahaja Purnama (kiri) mengenakan jaket merah disaksikan Djarot Saiful Hidayat (kanan) saat pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jakarta 2017 di Kantor KPUD DKI Jakarta, Jakarta, Rabu (21/9/2016).(JIBI/Solopos/Antara/Rosa Panggabean)

Pilkada Jakarta mulai memanas. Salah satu senjata ampuh untuk menjatuhkan Ahok-Djarot adalah penggusuran.

Solopos.com, JAKARTA — Pascapembentukan tim pemenangan bagi pasangan calon gubenur dan wakilnya, sejumlah program pun mulai dibahas untuk menjadi alat kampanye. Dalam Pilkada Jakarta 2017, salah satu isu yang santer menjadi topik utama adalah soal penggusuran.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bagi sejumlah masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah, mendengar “gusur-menggusur” menjadi momok. Apalagi, di bawah kepemimpinan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot), penggusuran terjadi berkali-kali untuk menertibkan sejumlah tempat di Jakarta.

Terakhir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan penggusuran di wilayah Bukit Duri yang berbatasan dengan Sungai Ciliwung sebagai bagian normalisasi sungai itu. Selain Bukit Duri, Ahok-Djarot juga pernah melakukan penggusuran di sejumlah wilayah seperti Kalijodo, dan juga Kampung Pulo.

Tak heran jika program penggusuran itu menjadi alat kampanye bagi rival pasangan calon petahana untuk meraih dukungan suara warga Jakarta. Ketua DPD Partai Gerindra Muhammad Taufik mengungkapkan jika jagoannya, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, tak akan membuat resah masyarakat Jakarta jika mereka terpilih menjadi pemimpin DKI Jakarta.

“Pak Anies dan Pak Sandi memiliki gagasan bagaimana masyarakat Jakarta itu merasa tenang. Kan sekarang orang gundah terus ketakutan [karena penggusuran], rasa ketakutan orang itu besar jadi kita akan sampaikan kalau pemimpin Jakarta kedepan itu [Anies-Sandi] akan menciptakan kesejahteraan masyarakat,” ujar Taufik.

“Ini pemimpin masyarakat, bukan pemimpin gedung-gedung ataupun real estate,” tambahnya. Meski mengkritik program penggusuran, namun Taufik tak berani secara menjamin bahwa Anies dan Sandi tidak akan melakukan penggusuran seperti yang Ahok-Djarot.

Senada dengan Taufik, A.M Fatwa selaku politisi senior Partai Amanat Nasional yang berada di kubu pasangan calon Agus Harimurti dan Sylviana Murni juga mengkritik adanya penggusuran.

“Ahok berbeda dengan Ali Sadikin. Meskipun harus diakui saat itu masalah, misalnya penggusuran atau HAM belum mengemuka kesadaran. Bagi masyarakat sehingga misalnya pelebaran jalan memang tidak diadakan penggantian tetapi dengan menjanjikan kepada rakyat kalau diratakan tempat itu menjadi mahal,” kata Fatwa dalam sebuah diskusi di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2016).

Lebih lanjut Fatwa menjelaskan, penggusuran yang dilakukan Ahok bukan solusi terbaik karena masih meninggalkan sejumlah persoalan yakni persoalan permukiman kumuh menjadi hal yang dilupakan Ahok. “Misalnya proyek MHT [Mohammad Husni Tamrin] betul-betul melakukan pembenahan daerah kumuh. Saat ini, misalnya pembenahan kali dan sungai berhasil, tetapi pembenahan daerah kumuh kurang diperhatikan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya