Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Penilaian itu diutarakan oleh Andrinof terkait pendapat yang mengemuka bahwa calon gubernur (Cagub) incumbent memiliki peluang yang lebih besar ketimbang Cagub independen. “Memang secara empirik dengan survei dan polling, incumbent punya peluang 20 persen lebih besar ketimbang calon independen. Tetapi, fakta di lapangan jauh berbeda,” katanya.
Menurut Andrinof, survei dan polling terkadang menjadi alat untuk meningkatkan popularitas di tengah masyarakat sehingga sengaja dibuat sesuai keinginan pemesan. “Kita harus hati-hati dalam membaca hasil survei, jangan asal percaya dan terpengaruh. Kebanyakan dari sana adalah pencitraan,” katanya.
Pada kenyataannya, peneliti yang juga pengajar ilmu politik di sekolah Pascasarjana UI itu berpendapat bahwa masyarakat Jakarta telah semakin cerdas dan kritis terhadap setiap calon gubernur. “Saya lupa angka pastinya, tetapi semua Cagub memiliki penilaian yang merata di semua lapisan masyarakat karena tingkat kekritisan mereka meningkat, terutama di kalangan kelas menengah,” katanya.
Namun, Andrinof juga tak memungkiri bahwa calon independen menghadapi tantangan sangat berat untuk mengalahkan incumbent. “Bagaimana tidak, sejak tiga tahun yang lalu Fauzi Bowo sudah mulai promosi baik melalui gambar maupun secara langsung dengan dalih program dan kunjungan kerja,” katanya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar calon independen dapat mengangkat isu-isu yang lebih spesifik untuk membenahi ibu kota dalam kampanye mereka. “Misalnya, jangan hanya melulu mengangkat isu keberpihakan dalam pemberantasan korupsi dalam pemerintahan yang sekarang. Calon independen harus mengangkat isu lebih besar yang mengena langsung terhadap persepsi masyarakat.”” katanya.
Pada akhirnya, Andrinof berpendapat bahwa hal paling menentukan kemenangan tiap-tiap calon adalah pemikiran konstruktif dari masyarakat untuk menilai calon terbaik yang mampu dan berkomitmen mengubah DKI Jakarta menjadi lebih baik.