SOLOPOS.COM - Asisten Direktur Pascasarjana STAIN Kudus, Abdul Jalil (kiri) dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Solo, Lukman Hakim (kanan), saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk Masa Depan Baru Jawa Tengah di Kampus II Upgris Jl. Sriwijaya, Semarang, Rabu (30/8/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Pilkada atau Pilgub Jateng 2018 akan diikuti calon petahana dari PDIP, Ganjar Pranowo.

Semarangpos.com,SEMARANG – Pengamat ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Lukman Hakim, menilai Ganjar Pranowo belum memberikan perubahan yang signifikan selama memimpin Jawa Tengah (Jateng). Dari segi pembangunan maupun pengentasan kemiskinan, Jateng masih tertinggal dengan daerah lain di sekitar, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur (Jatim), maupun Jawa Barat (Jabar).

Promosi Sukomulyo Gresik Pemenang Desa BRILiaN Kategori Pengembangan Wirausaha Terbaik

Hal itu diutarakan Lukman saat tampil menjadi pembicara dalam Seminar Masa Depan Baru Jawa Tengah di Kampus II Universitas PGRI Semarang (Upgris), Rabu (30/8/2017). Selain Lukman, seminar yang diprakasi Badan Kajian Strategis Institut Harkat Negeri itu juga menghadirkan pembicara lain, yakni Asisten Direktur Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Neberi (STAIN) Kudus, Abdul Jalil; Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Mudofir; dan Ketua PW Muhammadiyah Jateng Tafsir.

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam paparannya Lukman menyebutkan lambatnya pembangunan di Jateng tak terlepas dari tidak mampunya Gubernur Ganjar Pranowo merumuskan permasalahan. “Setelah hampir lima tahu memimpin apakah ada perubahan yang berarti? Sejauh yang terjadi ada perbaikan mungkin dalam bidang komunikasi publik, namun tetap menyisakan banyak hal antara lain, tidak ada prakarsa dan terobosan baru dalam pembangunan, bahkan cenderung monoton,” tutur Lukman.

Lukman menambahkan secara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jateng juga masih lebih rendah dibanding DIY atau Jatim, yakni berkisar di angka 60%. “Mulai sekarang gubernur memang harus punya visi yang bagus. Gubernur harus mampu mendesain yang ga bisa dilakukan oleh kepala-kepala pemerintah di daerahnya. Kalau tidak seperti itu akan sangat monoton dan stagnan,” imbuh Lukman.

Pernyataan senada juga diungkapkan Abdul Jalil yang menilai gebrakan Ganjar dalam kemajuan pembangunan di Jateng sangat minim. Proses pembangunan berjalan lambat dan sektor pariwisata yang kerap menjadi andalan pun sejauh ini belum mampu memberikan progres signifikan.

Jalil menilai sudah selayaknya Ganjar belajar dari Abdullah Azwar Anas yang mampu memberikan perubahan yang signifikan kepada Banyuwangi sebagai bupati. “Saat kali pertama menjabat Bupati Banyuwangi, Anas itu bingung untuk mendongkrak pariwisata di daerahnya. Hal itu tak lain karena Banyuwangi dekat dengan Bali dan yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah Bali. Tapi, lambat laun, hanya dalam satu periode, Anas mampu potensi wisata di Banyuwangi. Harusnya Jateng bisa seperti itu,” imbuh Jalil.

Dalam seminar di kampus di Semarang itu, Jalil juga menyarankan kepada Ganjar Pranowo untuk mengganti jargon politiknya yang terkenal, yakni Ora Korupsi, Ora Ngapusi menjadi Ora Korupsi, Ora Ngapusi, dan Ora Nyambut Gawe.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya