SOLOPOS.COM - Calon bupati Trenggalek bernomor urut 2, Emil Elestianto Dardak (tengah), dan calon wakil bupati Trenggalek pasangan nomor urut 1, Priyo Handoko (kiri), saling mengulurkan tangan untuk bersalaman seusai adu visi-misi di aula Hotel Jaas, Trenggalek, Minggu (22/11/2015) (JIBI/Solopos/Antara/Destyan H Sujarwoko)

Pilkada 2015 di Kabupaten Trenggalek memasuki jadwal debat peserta putaran akhir sebelum pemungutan suara.

Madiunpos.com, TRENGGALEK — Aksi saling sindir mewarnai forum debat antara dua pasangan calon bupati dan wakil bupati Trenggalek, Jawa Timur yang digelar KPU setempat menjelang Pilkada 2015, Minggu (22/11/2015).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Acara debat pemilihan umum kepala daerah (pilkada) tersebut digelar di aula salah satu hotel di Trenggalek. Tema sosial-budaya, pertahanan-keamanan serta wawasan kebangsaan diusung dalam debat putaran akhir menjelang pemungutan suara 9 Desember 2015 tersebut.

Pilkada 2015 di Kabupaten Trenggalek diikuti dua pasangan calon, calon nomor urut 1 adalah Kholiq-Priyo Handoko, sedangkan calon nomor urut 1 ialah Emil Elestianto Dardak-Mohamad Nur Arifin. Kedua pasang calon itu beberapa kali saling kritik atas visi-misi rival mereka.

Emil dan Arifin yang diberi kesempatan melempar pertanyaan atas visi-misi pasangan rival mereka misalnya, mempertanyakan konsep pembangunan masyarakat yang berakhlak versi calon bupati Kholiq yang menurutnya terlalu umum dan tidak spesifik.

Ia juga secara terbuka mempertanyakan komitmen pemberantasan korupsi pihak pasangan Kholiq-Priyo Handoko yang disebutnya meninggalkan forum dialog dengan jajaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu sebelumnya di Surabaya.

“Mungkin saat itu Bapak Kholiq dan Pak Priyo [Handoko] memang sedang terburu-buru. Tapi bagaimana mau membangun masyarakat berahklak dan berbudaya bersih, sementara saat ada forum dialog yang sangat penting membahas masa depan pembangunan Trenggalek dengan KPK saya lihat Anda berdua tidak ada,” kritik Emil dengan nada bicara lugas.

Tak berhenti di situ, Arifin yang mendapat kesempatan berikutnya juga secara khusus mengkritik wacana yang dilontarkan Calon Wakil Bupati Trenggalek, Priyo Handoko soal komitmen sertifikasi lahan hutan negara (Perhutani) untuk rakyat, khususnya warga sekitar hutan.

“Bagaimana hutan negara yang sudah jelas batasan-batasan wilayahnya dan diatur dalam undang-undang ini mau dibagi-bagi untuk masyarakat. Janganlah seorang calon pemimpin ini melemparkan wacana yang justru hanya menimbulkan keresahan masyarakat,” kritik Arifin dalam sesi tanya jawab.

Kholiq yang cukup berpengalaman di dunia perpolitikan daerah, menjawabnya dengan tenang. Menurutnya, konsep pembangunan masyarakat berakhlak bisa dilakukan melalui serangkaian kerja berkelanjutan dengan menumbuhkan kearifan lokal, pengembangan nilai-nilai budaya, komunikasi antarumat beragama, serta semangat goyong-royong.

“Itu bahasa normatif yang kami gunakan untuk menyampaikan visi-misi pembangunan masyarakat Trenggalek yang berbudaya dan berkarakter luhur. Implementasi mengenai gagasan itu akan dituangkan dalam kinerja pemerintahan yang tertuang dalam RPJMD [rencana pembangunan jangka menengah daerah], selama lima tahun ke depan,” jawab Kholiq.

KPK Setara Supriyadi?
Tak mau kalah, Priyo Handoko yang mendapat kesempatan kedua menanggapi kritik Emil dan Arifin terkait wacana pembebasan lahan hutan negara/perhutani untuk masyarakat. “Tanah hutan disertifikasi itu sudah diatur dalam Undang-Undang Agraria. Gagasan sertifikasi tanah hutan untuk rakyat itu soal pemberian kepastian hukum kepada masyarakat yang sudah menempati lahan hutan selama berpuluh-puluh tahun. Saya kira ini soal bagaimana pemerintah daerah bisa memfasilitasi warganya di sekitar hutan, agar mendapat pengakuan atas pengelolaan lahan di tempatnya selama ini tinggal dan bermata pencaharian,” ujarnya lugas.

Priyo yang berlatar belakang notaris ini balik menyerang Emil dan Arifin soal penggunaan jargon dan pencatutan nama tokoh Mahatma Gandhi dari India yang menurutnya terlalu jauh dari nilai-nilai kelokalan Trenggalek. “Saya kira Trenggalek memiliki tokoh yang lebih hebat dari seorang Mahatma Gandhi. Trenggalek punya tokoh pertanian yang jauh lebih dulu hidup sebelum tokoh Gandhi dari India ini ada, yaitu Haryo Menak Sopal yang berhasil membangun jaringan irigasi sehingga masyarakat Trenggalek sehingga tidak lagi melulu makan gaplek,” sindirnya dengan nada tinggi.

Selain tokoh Menak Sopal dari era Kerajaan Mataram Islam yang berhasil membangun bendungan/dam Bagong, Priyo juga mencontohkan sosok Pahlawan Peta Supriyadi yang asli Trenggalek dan memiliki karakter kuat, jauh melebihi KPK yang menjadi andalan kubu Emil-Arifin ketika bicara soal komitmen budaya bersih.”Mungkin karena Mas Emil ini sudah terbiasa hidup jauh di Jakarta sehingga menggunakan contoh-contoh yang jauh dari nilai-nilai lokal. Mereka lupa bahwa Trenggalek punya tokoh-tokoh yang tak kalah hebat seperti Menak Sopal dan sosok Supriyadi,” ujar Priyo sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Antara yang tak memberikan catatan apapun atas tidak terhubungnya pernyataan dan komentar para peserta Pilkada 2015 di Trenggalek itu.

Kendati sempat diwarnai pekik riuh pendukung, jalannya debat atau adu visi-misi antarkandidat yang sempat diwarnai peringatan dari moderator itu berlangsung lancar. Di akhir acara, masing-masing pasangan calon kembali saling bersalaman dan berangkulan setelah terlebih dulu diberi kesempatan untuk menyampaikan ringkasan visi-misi pemerintahan serta ajakan kepada masyarakat pemilih di Trenggalek untuk berpartisipasi dalam coblosan pilkada serentak yang akan digelar KPU, 9 Desember 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya