SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemungutan suara (JIBI/Solopos/Antara)

Pilkada 2015 mendorong lawan-lawan calon-calon PDIP bekerja keras.

Solopos.com, SOLO — Calon kepala daerah dari PDIP di Solo, Sukoharjo, dan Boyolali, diprediksi bakal menang dalam Pilkada 2015. Lawan PDIP dipaksa bekerja keras untuk mengimbangi dominasi PDIP di Soloraya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Prediksi itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Is Haryanto, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (29/7/2015). Dia mendasarkan analisisnya berdasarkan riwayat Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 dan sejumlah momentum pilkada di Soloraya (selengkapnya lihat grafis).

Dia menilai kunci kemenangan pilkada itu terletak pada figur karena keberadaan figur akan memengaruhi kinerja mesin partai. ”Peta politik di Solo, Sukoharjo, dan Boyolali itu mirip. Perilaku pemilihnya cenderung kepada PDIP [Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan]. Ketika sudah terhubung antara figur dan partai, saya kira kansnya lebih besar. Lawan politiknya akan susah menandingi. Boleh dikatakan secara de facto pilkada di tiga daerah itu sudah selesai,” kata dia.

Kurang Seru?
Di Solo, calon petahana dari PDIP F.X. Hadi Rudyatmo-Achmad Purnomo akan bertarung dengan calon dari Koalisi Solo Bersama (KSB) Anung Indro Susanto-M. Fajri. Di Boyolali, calon petahana Seno Samodro berpasangan dengan Said Hidayat akan bertarung dengan Wakil Bupati Boyolali Agus Purmanto yang berpasangan dengan Sugiyarto, serta calon independen Cahyo-Yakni Anwar. Sedangkan di Sukoharjo, calon PDIP Wardoyo Wijaya-Purwadi berhadapan dengan Nurdin-Anis Mundhakir (PAN, PKB, Demokrat).

Is menilai bila F.X. Hadi Rudyatmo berhadapan dengan Achmad Purnomo dalam Pilkada Solo akan lebih seru. Demikian pula di Sukoharjo, Is menilai kalau calon petahana Wardoyo Wijaya ditandingkan dengan wakilnya, Haryanto, juga akan lebih gayeng.

Dia mengatakan rekomendasi DPP partai politik (parpol) menjadi penentu dalam pilkada. Dinamika politik di tingkat lokal, sambung dia, ditentukan oleh segelintir elite politik di pusat. Fenomena itu, kata dia, terjadi di semua parpol.

”Kubu-kubu yang muncul seperti di Golkar dan PPP tidak melembaga sehingga terkesan hanya konflik personal. Pertarungan di Wonogiri sepertinya mengarah ke sana dengan adanya figur Joko Sutopo dan Wawan Setya Nugraha yang sama-sama kader PDIP,” ujar Is.

Pilkada Sragen
Berbeda dengan Sragen yang menunjukkan adanya kelembagaan partai yang rapuh dan macetnya kaderisasi. Is menunjukkan analisis itu pada sikap Partai Hanura yang hengkang dari Koalisi Sragen Baru (KSB) dan bergabung dengan Partai Golkar dengan calonnya Agus Fatchur Rahman-Joko Suprapto (Agus Jos).

”Sikap politik Agus yang sempat memilih kendaraan lain juga menunjukkan macetnya kaderisasi. Manuver itu justru tidak akan menimbulkan simpati publik. Klaten lain lagi, duo srikandi [Sri Hartini-Sru Mulyani] akan jadi pesona dalam Pilkada Klaten,” tutur dia.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Aidul Fitriciada Azhari, pun menilai faktor figur petahana sangat kuat di Solo, Sukoharjo, dan Boyolali. Artinya, mesin partai di tiga daerah itu sangat kuat dibandingkan lainnya. Selain itu, posisi calon PDIP, kata dia, diuntungkan dengan situasi politik nasional setelah pemilihan presiden (pilpres).

”Psikopolitik pemilih di Soloraya masih dipengaruhi oleh figur Jokowi [Joko Widodo] karena jarak pilkada dan pilpres relatif dekat. Kondisi itu terasa sekali di Solo. Sementara lawannya dari KSB [Koalisi Solo Bersama] lemah karena ada gejala perpecahan dan kurang terkonsolidasinya massa akar rumput,” ujar dia.

Pilkada Sukoharjo
Aidul menilai lawan calon petahana atau PDIP itu harus bekerja ekstra keras dengan memanfaatkan waktu tiga bulan ke depan untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas di mata publik. Aidul menganggap lawan PDIP di Sukoharjo hanya seperti calon pelengkap untuk menghindari pasangan calon tunggal.

Dia mengungkapkan partai-partai di luar PDIP cenderung cair karena mereka sebenarnya berasal dari Golkar dan PPP. Dia menganalogikan partai-partai di luar PDIP itu seperti bejana yang saling berhubungan.

”Gejala itu terlihat juga di Sragen dan Klaten. Konfigurasi politik di dua daerah itu lebih cair. Semua akan bergantung pada tiga bulan ke depan dan kinerja tim sukses. Waktu menjelang pemungutan juga menentukan. Serangan terakhir kadang-kadang menjadi kunci kemenangan,” jelas dia.

Pernyataan senada disampaikan pengamat politik dari UNS, Didik G. Suharto. Cabup Sukoharjo Wardoyo Wijaya dinilai memiliki peluang besar untuk mempertahankan jabatannya lima tahun ke depan.

Pilkada Wonogiri
Pengamat politik dari UNS lainnya, Agus Riewanto, melihat peran tokoh lebih kentara di Wonogiri. Pertarungan riil di Wonogiri, di mata Agus, bukan pertarungan partai tetapi pertarungan kader di internal PDIP.

”Dulu ada Danar dan Begug. Sekarang ada Joko Sutopo dan Wawan. Di Klaten dan Sragen juga menarik karena isu gender akan bermain di sana. Uniknya di Sragen itu ada dua figur baru yang ingin memecah pertarungan trah Untung Wiyono dan Agus Fatchur Rahman,” ujar Agus yang juga mantan Ketua KPU Sragen itu.

Dia mengatakan pilkada di Soloraya sebenarnya itu lebih menjual ideologi partai daripada ketokohan calon. Dia mengatakan ada idiom munyuk pun bisa menang bila dicalonkan dari PDIP. Dia berpendapat Solo, Sukoharjo, dan Boyolali itu lebih menjual ideologi partai.

”Nah, pilkada kali ini akan menguji PDIP. Apakah mesin partai jalan atau akan kembali ke tokoh. Padahal pilkada mestinya dilihat dari ketokohan, popularitas, eletabilitas, dan seterusnya. Rudy dijual untuk ideologi sebagai kader partai militan karena prestasi di pemerintahan stagnan dan hanya melanjutkan wali kota sebelumnya,” ujar dia.

Target 15 Daerah
Dari 21 pilkada di Jateng, PDIP menargetkan menang di 15 daerah. Target ini, menurut dia berdasarkan perhitungan realitas politik dan hasil survei elektabilitas terhadap para calon kepala daerah yang diusung PDIP. ”Target kami meraih kemenangan di 15 daerah, seperti di Solo, Boyolali, Sukoharjo, Pemalang, dan daerah lainnya yang tidak perlu disebutkan,” jelas Ketua Desk Pilkada PDIP Jateng Agustina Wilujeng.

Sementara itu, pasangan cabup-cawabup Sragen optimistis memenangi pilkada. Pasangan Sugiyamto-Joko Saptono, Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Dedy Endriyatno, Jaka Sumanta-Surojogo, dan Agus Fatchur Rahman-Djoko Suprapto yakin bisa meraih suara terbanyak dan menjadi pemenang pilkada. Dilihat modal suara dari Pileg lalu, pasangan Agus-Djoko berada di posisi terbawah. Partai Golkar dan Partai Hanura mengantongi 106.131 suara. Namun, pilkada tak semata soal mesin parpol. Figur menjadi faktor dominan dalam penentuan pilihan masyarakat.

Suara Terbanyak
Sementara itu, dua pasangan calon bupati dan wakil bupati Wonogiri menargetkan menang di Pilkada 2015. Keduanya tak menyebutkan persentase suara yang akan diraih di pentas itu namun optimistis bisa meraih suara terbanyak.

Penegasan itu disampaikan Ketua Tim Pemenangan Joko Sutopo-Edy Santoso (Jos), Setyo Sukarno dan Wakil Ketua Tim Pemenangan Hamid Noor Yasin-Wawan Setya Nugraha (HW), Dewaky Henre Astantono, yang ditemui terpisah, Rabu. Setyo dan Dewaky mengatakan kegiatan tercepat adalah konsolidasi internal di masing-masing partai pengusung dan partai pendukung.



”Kami belum memunculkan angka persentase tetapi target menang di pilkada tahun ini. Target minimal, suara di pemilihan anggota DPRD 2014 diraih oleh paslon Jos,” ujar Setyo Sukarno.

Setyo yang juga Sekretaris DPC PDIP Wonogiri mengatakan komunikasi dengan elemen-elemen masyarakat terus diintensifkan untuk memenangkan calon.

Solidkan Partai
Dewaky yang juga Ketua DPD PKS Wonogiri mengatakan angka persentase sudah pernah didiskusikan namun akan didiskusikan ulang. ”Target persentase akan dihitung ulang. Yang jelas targetnya menang.”

Dewaky menjelaskan strategi pertama adalah menyolidkan parpol dalam Koalisi Wonogiri Baru dilanjutkan inventarisasi tokoh masyarakat, tokoh agama dan kelompok-kelompok masyarakat.

Di sisi lain, tiga anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPRD Jawa Tengah mundur sebagai anggota legislatif. Berdasarkan informasi mereka yang mundur yakni Asip Kholbihi maju sebagai calon bupati Pekalongan, Sarif Abdillah maju sebagai calon bupati Wonosobo, dan Arif Rohman maju sebagai calon wakil bupati Blora.

”Saya sudah mengirimkan surat pengunduran diri sebagai anggota legislatif ke DPW PKB Jawa Tengah,” kata Asip kepada Solopos.com di Semarang, Rabu (29/7/2015).

Sarif Abdillah menyatakan mantap memilih maju sebagai calon bupati Wonosobo karena merupakan penugasan dari partai. Sarif berpasangan dengan calon wakil butpati Usup Sumanang diusung koalisasi beberapa partai politik yakni PKB, Gerindra, PAN, dan Demokrat.

Demikian pula dengan Arif Rohman yang berpasangan dengan petahana Bupati Blora Joko Nugroho memilih mundur sebagai anggota DPRD Jawa Tengah (Jateng). (Rudi Hartono/Trianto Hery Suryono/Kurniawan/ Insetyonoto/JIBI/Solopos)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya