SOLOPOS.COM - Seorang warga memberikan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di di bawah kolong jembatan kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (20/9/2012). Pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang diikuti dua pasangan Cagub dan Cawagub tersebut digelar serentak di seluruh wilayah Jakarta dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) 6.996.951 pemilih. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Seorang warga memberikan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di di bawah kolong jembatan kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (20/9/2012). Pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang diikuti dua pasangan Cagub dan Cawagub tersebut digelar serentak di seluruh wilayah Jakarta dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) 6.996.951 pemilih. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

JAKARTA – Tak seperti biasanya, Kamis pagi, H Atam sudah rapi dan mengenakan baju terbaiknya. Pagi itu terasa berbeda karena merupakan hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah jalan protokol di ibukota Jakarta juga relatif lengang dibandingkan hari-hari biasanya menyusul penyelenggaraan pemungutan suara putaran kedua pada pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Ini adalah hari penentuan setelah selama setengah tahun terakhir pertarungan memperebutkan kursi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Setelah pilkada putaran pertama yang diikuti enam pasang calon, pilkada putaran kedua menyisakan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Lelaki yang mengenakan baju koko putih dengan setelan celana hitam itu berjalan menuju TPS 24 Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. “Harus semangat dalam menggunakan hak pilih. Memang cuma lima menit, tapi efeknya untuk lima tahun ke depan,” ujar Atam.

Atam mengatakan siapa pun yang terpilih, bisa membawa Jakarta lebih baik lagi ke depannya. Meskipun dia mengakui sulit untuk membenahi Jakarta. “Jakarta ini banyak persoalan. Penduduknya padat, mobil-mobilnya banyak, dan selokannya banyak yang mampet,” kata dia. Menurut pendapatnya, sulit untuk membenahi Jakarta yang multietnis. Berbeda dengan kondisi di daerah.

Lain halnya dengan Siti, 56, warga Cakung Barat yang baru bisa menggunakan hak pilihnya pada pilkada putaran kedua ini. Siti mengaku gembira akhirnya bisa memilih calon gubernur favoritnya. “Ya saya pilih gubernur yang sekarang ini aja. Biar sekolah dan berobat gratis,” ujar perempuan berkerudung itu memberi bocoran. Siti mengaku tidak tahu mengapa dirinya tidak terdaftar dan tidak bisa memilih pada pilkada putaran pertama. Warga Cakung Barat lainnya, Rozali, juga mengharapkan agar Jakarta menjadi lebih baik lagi ke depannya. “Siapa pun gubernurnya yang penting bisa membawa Jakarta lebih baik lagi.”

Anggota KPPS TPS 11 Kelurahan Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Jamalludin, mengatakan memang jumlah pemilih pada putaran kedua ini lebih banyak dibandingkan putaran kedua. “Kami memang melakukan pendataan ulang, agar semua warga bisa memilih pada putaran kedua ini,” kata lelaki yang akrab disapa Jamal itu.

Di Gading Nias Residence, warga juga bersemangat untuk menggunakan hak pilihnya. Mereka yang sebelumnya tidak bisa menggunakan hak pilih karena tidak terdaftar di DPT, akhirnya bisa memilih pada putaran kedua ini. “Ya harus bisa memilih, kan ini hak saya sebagai warga DKI,” ujar seorang warga Gading Nias Residence, Veronica.

Anggota KPPS TPS 17 Gading Nias Residence, Kuncoro Adi, mengatakan sebagian besar warga Gading Nias bisa menggunakan hak pilihnya. “Sudah tertampung semua hak suara warga yang sebelumnya tidak tertampung,” ujar Kuncoro. Jika pada putaran pertama, lanjut Kuncoro, jumlah DPT hanya 417. Namun pada putaran kedua ini, jumlah DPT meningkat meningkat menjadi 548 dan terdapat dua TPS. “Memang ada juga yang tercecer sebanyak 61 warga. Namun sudah kami perjuangkan, dan akhirnya bisa memilih walaupun bukan di TPS ini.”

Persaingan pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, memang sudah diperkirakan banyak pihak akan berlangsung sengit. Hal itu terbukti dengan berbagai adu strategi yang diterapkan oleh tim sukses masing-masing calon. Pada putaran kedua itu juga banyak beredar isu yang menyangkut suku, agama, ras, dan antargolongan. Sebelum hari H, masyarakat ramai membicarakan selebaran yang memojokkan pasangan calon lainnya, dalam pembagian buku saku, booklet dan CD yang berisi informasi kinerja Pemprov DKI Jakarta tahun 2007-2012 kepada camat, lurah, rukun warga, dan rukun tetangga.

“Seharusnya, yang seperti ini tidak terjadi. Kita berharap masing-masing kandidat bertarung secara jujur,” ujar Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, Jimly Assiddiqie. Jimly mengharapkan masing-masing pasangan calon yang bertarung dalam pilkada DKI Jakarta putaran kedua menurunkan emosi.

Jimly mengakui persaingan yang terjadi selama ini cukup sengit dan terjadi sikut- menyikut. Jimly mengharapkan apa pun hasilnya, kedua pasangan calon siap menang dan juga siap kalah sesuai dengan deklarasi damai. “Kita mendukung apa pun hasil keputusannya.” Jimly menilai pilkada DKI Jakarta bukanlah segala-galanya, dan tidak berhubungan dengan Pilpres 2014. “Jangan dibesar-besarkan. Kita lihat saja polarisasi partainya berbeda. Jadi pilkada ini jangan dijadikan barometer untuk pilpres,” imbuh Jimly.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya