SOLOPOS.COM - Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, belum lama ini. (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Sragen menghentikan pelayanan internet gratis lewat jaringan internet nirkabel atau wifi gratis di lima ruang terbuka hijau (RTH) atau taman milik Pemkab Sragen selama pandemi Covid-19. Pasalnya, internet gratis berpotensi menimbulkan kerumunan orang.

Selain itu, pelayanan internet gratis itu kalau tidak diikuti kesadaran dan kontrol masyarakat sehingga menimbulkan efek negatif, seperti penumpukan sampah dan perbuatan mesum.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penjelasan itu diungkapkan Kabid Infrastruktur Diskominfo Sragen Aris Munandar saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Kamis (22/10/2020). Aris sengaja menutup pelayanan internet gratis itu karena didasarkan pada laporan masyarakat.

Aris sering kali mendapatkan keluhan petugas kebersihan taman yang harus membersihkan sampah di lokasi taman karena kurangnya kesadaran pengunjung untuk membuang sampah di tempatnya.

Digugat Soal Penahanan Penangkap Maling, Ini Tanggapan Polres Klaten

Penghentian internet gratis itu juga berdasarkan evaluasi adanya tindakan mesum yang dilakukan sepasang remaja di Alun-alun Sragen dan yang terakhir di Taman Edupark Gemolong Sragen.

"Ketika ada tindakan mesum kemudian diunggah ke media sosial itu menjadi bagian dari kontrol masyarakat. Kadang pernah saya hidupkan tetapi kemudian saya matikan terus. Kebijakan ini memang kontra produktif dengan Sragen sebagai kota layak anak. Salah satu syarat sebagai kota layak anak harus ada fasilitas internet di ruang publik," ujarnya.

Masyarakat Belum Siap

Aris mengatakan munculnya dampak negatif itu karena masyarakat belum siap dengan perkembangan teknologi, terutama internet yang mudah diakses lewat ponsel pintar.

Di sisi lain, Aris menilai ada pola asuh orang tua yang belum perhatian kepada anak-anaknya ketika mengakses internet. Aris pernah mendapatkan laporan ada anak yang lupa pulang ketika berselancar di dunia maya dengan memanfaatkan internet gratis di Sragen itu.

"Kuncinya sebenarnya terletak pada kontrol pemerintah dan masyarakat. Filter dari orang tua itu bagian dari kontrol masyarakat. Lebih baik anak dibelikan paket data terbatas dan mudah diawasi daripada dibiarkan mengakses internet gratis di ruang publik," jelasnya.

Gandeng Nokia, NASA Bakal Bangun Jaringan 4G di Bulan

Salah satu contoh adalah seorang anak di Desa Bedoro, Sambungmacan, Sragen, Anggra, 11, mendapatkan uang Rp60.000/bulan dari orang tuanya untuk membeli paket data internet unlimited atau tanpa batas. Anggra sering kali membuka Youtube dan game selain mengerjakan tugas sekolah setiap hari.

Dalam sehari ia bisa menghabiskan lebih dari 1 GB untuk berselancar di dunia maya. "Satu hari 1,5 GB itu kadang tidak habis. Biasanya untuk nonton video di Youtube," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya