SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO--Dari sebuah rumah di satu sudut Kota Solo, terdengar kegaduhan. Suara seorang ibu sedang berdebat kencang dengan sang anak. Sang ibu kesal karena anak laki-laki yang baru menginjak remaja menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain game online di smartphone.

Kasus ini bukan satu atau dua terjadi di keluarga-keluarga di tengah kungkuman pandemi Covid-19. Para siswa terpaksa menjalani hari-hari di rumah saja dengan belajar via daring atau online. Tak hanya belajar online, para siswa juga tak bisa lagi melakukan aktivitas fisik kegemaran mereka seperti yang biasa mereka lakukan di kala sebelum badai pandemi datang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satunya kegiatan olahraga. Tak jarang para siswa yang gemar berolahraga terpaksa meredam keingian untuk beraktivitas dengan beragam jenis olahraga termasuk sepak bola.

Sekolah daring seolah pil pahit yang harus ditelan para siswa. Sebagai cara yang dinilai paling efektif untuk mencegah penyebaran virus corona, tak bisa dimungkiri pembelajaran daring juga menimbulkan dampak negatif bagi tumbuh kembang anak. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut pendidikan jarak jauh (PJJ) memberi dampak negatif pada siswa.

Baca Juga: Laga Leeds Versus MU Berakhir Tanpa Gol Di Saat Gema Protes #GlazersOut

Dampak selanjutnya adalah tekanan psikososial dan kekerasan dalam rumah tangga yang mana mengakibatkan anak stres akibat minimnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan luar, ditambah tekanan akibat sulitnya pembelajaran jarak jauh yang menyebabkan stres pada anak.

Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Pribudiarta Nur Sitepu menyebut kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak meningkat lima kali lipat selama pandemi Covid-19. Sebelum virus Corona melanda Indonesia, jumlah kekerasan terhadap anak tercatat sebanyak 2.851 kasus, sedangkan setelah pandemi meningkat menjadi 7190 kasus.

Sementara kekerasan terhadap perempuan meningkat 1.913 kasus menjadi 5.551 kasus.
Di tengah kondisi ini muncullah Piala Menpora, sebuah ajang adu kekuatan klub-klub bola bergengsi di Tanah Air.

Digelar sejak 21 Maret hingga 25 April 2021, Piala Menpora yang digelar sejak 21 Maret hingga 25 April 2021 memberikan secercah harapan bagi persepakbolaan Tanah Air dan juga masyarakat di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Juarai Piala Liga Inggris, Manchester City Samai Rekor Liverpool

Kompetisi Digelar dengan Prokes Ketat

Kondisi pandemi memaksa semua aktivitas dan kegiatan dikurangi bahkan dihentikan termasuk di bidang olahraga. Situasi terus memburuk hingga akhirnya pada Maret 2020, kompetisi Liga 1 diputuskan untuk dihentikan sementara.

PSSI dan PT Liga Indonesia Baru terus berupaya agar kompetisi kembali digelar. Namun situasi tak kunjung membaik sehingga pemerintah juga tak juga memberikan izin, meski sejumlah penyesuaian seperti opsi menggelar laga tanpa penonton diajukan.

Hingga akhirnya, muncul keputusan Liga 1 dan 2 musim 2020 dihentikan total pada pertengahan Januari 2021 lalu. Statusnya batal karena situasi force majeure. Tindakan yang harus diambil, karena PSSI serta operator PT Liga Indonesia Baru harus menyelamatkan klub pula.

Baca Juga: Inilah Daftar Skuat Sementara Persis Solo

Kondisi ini jelas memberi pukulan berat klub-klub sepak bola untuk bertahan termasuk harus menggaji para pemain dan ofisial. Di tengah situasi ini, Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, mengambil langkah untuk membantu PSSI dan LIB untuk bisa menggelar kompetisi profesional lagi.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit memberikan restu Piala Menpora digelar dengan berbagai batasan dan aturan. Seluruh elemen pendukung yakni PSSI, LIB, Kemenpora, suporter, dan seluruh klub peserta, harus menjalani protokol kesehatan yang ketat.

Kesempatan ini tak disia-siakan oleh PSSI dan LIB dengan berusaha semaksimal mungkin menyusun dan menggelar turnamen dengan sistem istimewa di tengah pandemi Covid-19.

Protokol kesehatan diterapkan dengan sangat ketat, tegas, dan tanpa pandang bulu. Pelarangan adanya penonton mutlak dipatuhi. Pemain, ofisial, awak media hingga para pejabat pun, kalau mau masuk ke stadion, harus ikut tes swab.

Baca Juga: Persis Solo Boyong Mantan Bek Liga Denmark Reuben Silitonga

Alhasil kerja keras ini membuahkan hasil dengan tidak ditemukannya kasus Covid-19 selama penyelenggaraan Piala Menpora. Persija Jakarta keluar menjadi juara Piala Menpora 2021. Macan Kemayoran mengalahkan Persib Bandung 2-1 di leg kedua final.

Bermain di Stadion Manahan Solo, Minggu (25/4/2021) malam WIB, Persib vs Persija sempat imbang 0-0 di babak pertama. Gol baru lahir di babak kedua.

Persija sempat unggul lebih dulu lewat Osvaldo Haay, sebelum dibalas penyerang Persib Ferdinan Sinaga. Persija kembali unggul lewat gol Riko Simanjuntak di akhir laga. Kemenangan 2-1 bertahan hingga laga berakhir.

Persija berhasil keluar sebagai juara Piala Menpora 2021, setelah tak terkalahkan di dua leg final. Setelah menang 2-0 di Sleman, anak asuh Sudirman kembali menang 2-1 di Solo. Persib pun harus keluar menjadi runner up.

Baca Juga: Kepercayaan Dunia Ke Indonesia Mulai Normal, Ini Penjelasan Kepala BKPM



Dukungan Suporter dari Rumah

Tak hanya di lapangan, Piala Menpora yang secara rutin ditayangkan juga memberi angin segar bagi warga Tanah Air mendapatkan sajian sehat dan mendidik. Para pencinta sepak bola bisa menyaksikan pertandingan demi pertandingan di Piala Menpora di rumah dengan aman dan tenang terutama bagi para pendukung atau suporter sepak bola di Tanah Air.

Tak bisa dimungkiri, sepak bola Tanah Air mempunyai sejarah cukup kelam terkait dengan kekerasan yang melibatkan suporter. Berdasarkan data dari Litbang Save Our Soccer (SOS), sejak 1994 hingga 2018, sedikitnya sudah 76 suporter sepak bola meninggal dunia di Indonesia.

Kekerasan yang mengakibatkan bentrok antarsuporter biasanya terjadi karena fanatisme suporter yang berlebihan terhadap tim kebanggaannya. Biasanya suporter yang biasanya masih berusia muda, menuntut untuk tim kebanggaannya selalu menang, tidak perduli bagaimana cara tim mendapatkan kemenangannya.

Aksi saling mengejek atau menjelekkan, menyanyikan chant atau lagu-lagu provokatif, spanduk spanduk juga sering dilakukan oleh suporter untuk menjatuhkan mental pemain lawan.

Baca Juga: Lagi, Persis Solo Boyong Pemain Persiraja

Hal itu terjadi bisa terjadi di dunia maya maupun secara langsung di stadion. Situasi berbeda pada penyelenggaraan Piala Menpora kali ini. Meski tetap riuh di dunia maya, para suporter sekarang tampaknya lebih nyaman menyaksikan turnamen melalui layar kaca sehingga potensi gesekan antarsuporter bisa dihindarkan.

Tak hanya itu, para orang tua pun bisa mengajak anak-anak mereka untuk bersama-sama menyaksikan Piala Menpora tanpa khawatir risiko anak-anak dan remaja terlibat bentrokan antarsuporter. Sembari menyaksikan Piala Menpora di layar kaca, para orang tua sekaligus bisa meluangkan waktu, berdiskusi dengan anak-anak mereka tentang hobi olahraga khususnya sepak bola. Hal ini bisa menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi stres anak-anak atau remaja yang merindukan sosialisasi dan berolahraga bersama-sama teman-temannya.

Piala Menpora bisa menjadi salah satu prototipe penyelenggaraan kompetisi olahraga yang benar-benar sehat baik bagi para pemain, penyelenggara maupun suporter dan masyarakat pencinta sepak bola. Kompetisi yang sehat diharapkan akan melahirkan generasi penerus bangsa yang kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya