SOLOPOS.COM - Para pemain Tim PSIM Jogja melakukan latihan bersama di Stadion Mandala Krida, Jogja, Selasa (25/02/2014). Dalam latihan ini, selain untuk meningkatkan kemampuan bermain di lapangan, pelatih tim juga melakukan seleksi pemain. (Harian Jogja/Eri Rama Putra)

Piala kemerdekaan digelar, bagi Topas, tetap mendapatkan pemasukan menjadi faktor paling penting

Harianjogja.com, SLEMAN – Wacana pengguliran Piala Kemerdekaan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Agustus nanti langsung mendapat respons positif dari sejumlah pilar PSS, PSIM dan Persiba Bantul yang semuanya kini telah dibubarkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Para pemain mulai menawarkan diri siap untuk direkrut klub mana pun yang memantapkan tekad ikut dalam turnamen berlabel Piala Presiden itu. Sejumlah pilar PSS Sleman yang telah dibubarkan menyimpan harapan besar Super Elang Jawa bakal berpartisipasi dalam perhelatan itu.

Mereka tak ambil pusing siapa yang bakal menggulirkan turnamen itu, Menpora atau PSSI. Bagi pemain yang penting bisa kembali turun di lapangan sehingga mendapatkan sumber penghasilan.
Apalagi wacananya kejuaraan itu berhadiah sampai Rp10 miliar.

Salah satu mantan pilar PSS Hari Prasetya mengaku sangat tertarik untuk bisa tampil di turnamen elite itu.

Faktor ekonomi menjadi latar belakang utama yang menguatkan tekadnya untuk bisa tampil di even tersebut. Pasalnya, hanya dari sepak bola dia mengais rupiah.
Hari bahkan siap membela klub mana pun yang tertarik untuk menggunakan jasanya.

“Daripada kosong enggak ada aktivitas, enggak ada penghasilan mendingan ikut turnamen kan. Sebagai orang yang hidup dari sepak bola saya siap untuk membela klub mana pun yang ingin mengajak saya main di turnamen itu,” ujar Hari, Sabtu (13/6/2015).

Pandangan serupa datang dari pilar PSIM Jogja Topas Pamungkas. Bagi Topas, tetap mendapatkan pemasukan menjadi faktor paling penting di tengah ketiadaan kompetisi saat ini. “Saya siap kapan pun, yang penting dapur bisa ngebul,” papar Topas.

Pemain yang juga atlet futsal ini juga tidak terlalu mempersoalkan siapa yang mengelola turnamen tersebut. Dengan ketidakjelasan kapan kompetisi reguler digelar, pemain membutuhkan waktu untuk bermain. Jadi turnamen tersebut, bisa dimanfaatkan oleh para pemain untuk mengisi kekosongan.
Saat disinggung bila nantinya tidak ada klub DIY yang mengikuti turnamen tersebut, pemain yang memperkuat Pinky Boys dalam Liga Futsal Indonesia ini mengaku akan menunggu tawaran dari klub lain luar Jogja.

Selain faktor ekonomi, para pemain juga melihat dari sisi fisik yang selama ini mengalami penurunan setelah tak ada kompetisi. Kendati tetap melakukan latihan secara mandiri, tapi ternyata pola itu tak membantu stamina pemain tetap prima.

“Sebab latihan juga tidak terarah karena kebanyakan dari kami berlatih mandiri,” terangnya.

Kendati siap membela klub mana pun, pemain juga tidak asal nantinya menerima ajakan klub yang meminangnya. Prosedur mengenai kontrak tetap dicermaiti sangat detail.

“Jika kontraknya jelas, saya sangat tertarik ikut. Daripada saat ini enggak ada kegiatan. Latihan sendiri juga tak jalan,” terang gelandang Persiba Johan Manaji menambahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya